Harga Emas Dunia Masih Bullish, Wanti-Wanti Potensi Koreksi Jangka Pendek

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Harga Emas Dunia Masih Bullish, Wanti-Wanti Potensi Koreksi Jangka Pendek

Eko Nordiansyah • 17 December 2025 10:42

Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD) diperkirakan masih berpeluang melanjutkan penguatan di tengah respons pasar terhadap data ekonomi Amerika Serikat serta dinamika geopolitik global. Pergerakan emas saat ini menunjukkan tren bullish yang semakin solid, meskipun masih dibayangi potensi koreksi jangka pendek.

Pada perdagangan Selasa, 16 Desember 2025, XAU/USD sempat berbalik arah setelah pelaku pasar mencerna laporan ketenagakerjaan AS yang menyoroti melemahnya pasar tenaga kerja. Kondisi tersebut mendorong harga emas naik hingga menyentuh level tertinggi harian di area USD4.335. Namun, aksi ambil untung membuat logam mulia ini berbalik melemah dan ditutup turun sekitar 0,23 persen, dengan harga bertahan di kisaran USD4.296.

Analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha menyampaikan, secara teknikal kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average yang terbentuk saat ini mengindikasikan penguatan tren bullish pada XAU/USD. Menurut dia, struktur pergerakan harga masih mencerminkan dominasi buyer, sehingga peluang kenaikan tetap terbuka selama harga mampu bertahan di atas area support penting.

"Untuk proyeksi pergerakan hari ini, apabila tekanan beli terus berlanjut, maka harga emas berpotensi menguat hingga mendekati level resistance di sekitar USD4.348. Namun demikian, apabila harga gagal melanjutkan kenaikan dan mengalami koreksi teknikal, maka potensi penurunan terdekat diperkirakan berada di area USD4.294 sebagai support awal," kata dia dalam keterangan tertulis.



(Ilustrasi. Foto: Freepik)

Data ekonomi AS dorong penguatan emas

Pada perdagangan Rabu, 17 Desember 2025, harga emas tercatat bergerak menguat terbatas. XAU/USD diperdagangkan di sekitar USD4.315, setelah sebelumnya sempat menyentuh titik terendah harian di dekat USD4.271. Penguatan ini terjadi seiring pasar kembali mencerna laporan ketenagakerjaan AS yang tertunda.

"Data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) menunjukkan hasil yang beragam, dengan jumlah angkatan kerja bertambah lebih besar dari perkiraan, namun tingkat pengangguran justru naik ke level tertinggi sejak 2021," ujar dia.

Selain itu, laporan tersebut dinilai membuka ruang pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut. Meski demikian, ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga pada Januari 2026 masih relatif rendah, berada di kisaran 25 persen.

Sementara itu, data Penjualan Ritel AS yang dirilis Biro Sensus menunjukkan belanja konsumen stagnan secara bulanan pada Oktober, mencerminkan tekanan dari kenaikan harga kebutuhan pokok dan barang impor akibat kebijakan tarif.

Meredanya ketegangan geopolitik membatasi penguatan emas

Laporan kemajuan dalam pembicaraan damai Rusia dan Ukraina yang dimediasi Amerika Serikat sedikit menekan permintaan aset safe haven. Optimisme dari pejabat Ukraina serta pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai peluang kesepakatan damai yang semakin dekat membuat aliran dana ke emas cenderung tertahan.

"Ke depan, pelaku pasar akan mencermati rilis data inflasi AS dan Klaim Pengangguran Awal, menjelang publikasi Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE). Selama ketidakpastian arah kebijakan moneter dan kondisi ekonomi global masih berlangsung, pergerakan emas berpotensi tetap volatil dengan kecenderungan menguat dalam jangka pendek," ungkap dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Eko Nordiansyah)