Kampanye viral "All Eyes on Rafah" memicu gelombang boikot terhadap produk-produk yang dianggap terafiliasi dengan Israel. Foto: survei Compass.
Ade Hapsari Lestarini • 10 September 2024 17:12
Jakarta: Pada akhir Mei lalu, kampanye viral "All Eyes on Rafah" memicu gelombang boikot terhadap produk-produk yang dianggap terafiliasi dengan Israel. Gerakan ini memberikan dampak signifikan terhadap pasar Fast-Moving Consumer Goods (FMCG), khususnya di e-commerce.
Berdasarkan riset Compas.co.id pada semester I-2024, boikot ini telah mengubah peta persaingan antara merek global dan lokal di Indonesia, terutama pada kategori perawatan dan kecantikan.
Riset ini menganalisis 150 top beauty brands berdasarkan nilai penjualan di platform Shopee, Tokopedia, dan Blibli selama periode Januari 2022 hingga Juni 2024. Sampel ini mewakili lebih dari 60 persen total omzet kategori perawatan dan kecantikan.
"Gerakan boikot yang bermula pada Oktober 2023 telah memberikan dorongan signifikan bagi pertumbuhan brand lokal di kategori perawatan dan kecantikan," ujar Co-founder & CEO Compas.co.id, Hanindia Narendrata, dalam surveinya, Selasa, 10 September 2024.
Dia menjabarkan, data Compas.co.id menunjukkan enam dari sepuluh brand dengan nilai penjualan tertinggi di e-commerce pada semester pertama 2024 adalah brand lokal. Hal ini menandai adanya pergeseran dibandingkan tahun sebelumnya, dengan brand global dan lokal sama-sama menduduki lima besar.
Nilai penjualan brand lokal melampaui global
Narendrata melanjutkan, pada semester I-2024 nilai penjualan brand lokal yang berada di jajaran top 150 juga berhasil melampaui
brand global, dengan mencapai Rp5,01 triliun atau terpaut sekitar Rp400 miliar dari brand global yang berada di angka Rp4,62 triliun.
Menurutnya, ini bukan kali pertama nilai penjualan brand lokal lebih tinggi dari global. Sebab pada 2022, nilai penjualan
brand lokal juga lebih tinggi dibandingkan global.
Pada semester I, nilai penjualan
brand lokal mencapai Rp3,38 triliun dan global Rp2,55 triliun. Hal serupa juga terjadi pada semester II, dengan nilai penjualan
brand lokal mencapai Rp3,6 triliun, sementara
brand global Rp3,2 triliun.
Gerakan boikot picu peningkatan nilai penjualan brand lokal
Peningkatan nilai penjualan
brand lokal ini bukan tanpa sebab, melainkan dampak dari serangkaian aktivitas yang terjadi di pasar
offline, yang memengaruhi pasar
online.
Gerakan boikot merupakan aktivitas yang cukup memberikan dampak pada peta persaingan pasar lokal dan global. Pasalnya, kampanye ini yang bermula pada Oktober 2023 lalu ini menekan penjualan
brand global di pasar
offline yang berimbas ke
online.
Mulai dari imbauan sampai larangan penggunaan
brand yang disinyalir terafiliasi dengan Israel. Berdasarkan kejadian ini, menurut penelitian Compas.co.id ada indikasi konsumen beralih dari menggunakan
brand global ke lokal.
Berdasarkan data
live dashboard Compas.co.id pada periode 19 Mei-15 Juni 2024 di Shopee dan Tokopedia, brand global dari subkategori pelembab mengalami penurunan yang signifikan.
Dalam jangka waktu dua minggu usai 'All Eyes on Rafah' dan kembali maraknya gerakan boikot, nilai penjualan brand global turun hingga Rp95 juta. Sedangkan pada periode yang sama
brand lokal mengalami peningkatan hingga Rp456 juta.
Pada sektor FMCG boikot juga terjadi pada kategori makanan dan minuman serta ibu dan bayi. Jika dibandingkan ketiga kategori lainnya, kesehatan menjadi kategori yang paling sedikit terpengaruh dari boikot.
"Saat ini konsumen di Indonesia semakin teliti dalam memilih produk yang sesuai dengan nilai-nilai yang sejalan dengan mereka. Gerakan ini telah membuka peluang bagi
brand lokal untuk bersaing di pasar yang semakin kompetitif. Sebaliknya, untuk
brand global hal ini menjadi tantangan untuk mempertahankan performa positif layaknya di 2023 lalu," jelas Narendrata.