Rupiah Ditutup Menguat ke Rp16.083/USD

Ilustrasi rupiah. Foto: MI/Rommy.

Rupiah Ditutup Menguat ke Rp16.083/USD

Arif Wicaksono • 3 May 2024 16:35

Jakarta: Mata uang rupiah ditutup menguat pada perdagangan hari ini. Laju rupiah melanjutkan penguatan setelah kenaikan BI rate beru terdampak ketika The Fed mengatakan inflasi akan berpeluang turun ketimbang naik.
 

baca juga:

Bloomberg mencatat mata uang rupiah menguat 0,63 persen ke level Rp16.083 per USD penutupan perdagangan Jumat, 3 Mei 2024. Yahoo Finance melansir mata uang rupiah naik 0,61 persen ke level Rp16.080 per USD.  

Rupiah menguat setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan kepada pasar pada minggu ini langkah bank sentral selanjutnya dalam suku bunga kemungkinan akan turun, dan tidak naik seperti yang diperkirakan beberapa orang ditakuti.

Kepala Strategi Pasar APAC di J.P. Morgan Asset Management Tai Hui dikutip dari Channel News Asia, Jumat, 3 Mei 2024 menuturkan pidato Fed baru-baru ini mengakui kurangnya kemajuan dalam inflasi dan keinginan untuk mempertahankan tingkat suku bunga kebijakan saat ini lebih lama.

Dia sekarang memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga 1 hingga 2 kali pada tahun ini, dengan risiko yang condong ke penurunan yang lebih sedikit.

Sementara itu rupiah juga tertehan melemahnya dengan kenaikan BI Rate yang dilkaukan Bank Indonesia (BI). Hal ini membuat Surat Utang Negara (SUN( memiliki imbal hasil lebih menarik ketimbang dolar AS. Yield SUN 2 tahun mencapai 7,02 persen kemudian Yield SUN 10 tahun mencapai 7,06 persen sedangkan Yield Treasury AS masih di bawah lima persen.

Kenaikan suku bunga

Rapat Dewan Gubernur BI pada 23 dan 24 April 2024 memutuskan untuk menaikan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,5 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 7,00 persen.

Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebut, kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah, dari dampak memburuknya risiko global.

Perry Warjiyo juga menyebut, dinamika ekonomi keuangan global juga tengah berubah cepat, dengan peningkatan risiko dan ketidakpastian karena perubahan arah kebijakan moneter Amerika Serikat dan ketegangan politik di Timur Tengah.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)