Antisipasi Keadaan, Kemenlu Tentukan Status Siaga di Kawasan Timur Tengah

Kementerian Luar Negeri tetapkan status darurat di kawasan Timur Tengah. Foto: Kemenlu RI

Antisipasi Keadaan, Kemenlu Tentukan Status Siaga di Kawasan Timur Tengah

Fajar Nugraha • 4 October 2024 23:32

Jakarta: Di tengah kekerasan yang pecah di Timur Tengah, Kementerian Luar Negeri RI menerapkan status keadaan darurat di kawasan. Perhatian utama saat ini ada pada Lebanon yang diserang terus oleh Israel.

Dalam konteks tersebut, KBRI Amman sudah menetapkan status siaga satu untuk wilayah Israel dan Palestina. Saat ini tercatat berdasarkan database KBRI Amman, ada empat WNI yang tinggal di Gaza. Ini adalah Relawan Mer-c yang masih ada di sana dan melakukan tugas-tugas kemanusiaan.

“Kemudian ada 231 warga negara kita yang tinggal menetap di Israel. Mayoritas ini adalah peserta magang yang sekolah di institut pertanian yang ada di Israel,” ujar Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha dalam keterangan pers, Jumat 4 Oktober 2024. 

“Kemudian untuk wilayah Lebanon, sebagai yang tadi kami sampaikan, statusnya saat ini siaga satu untuk seluruh Lebanon. Sementara jumlah WNI 116,” imbuh Judha.

Untuk wilayah Iran, KBRI Teheran telah menetapkan status siaga dua untuk wilayah Iran. Kemudian jumlah WNI-nya ada 391. Mayoritas ini adalah mahasiswa WNI yang ada di kota Qom.

Kemudian untuk wilayah Suriah, KBRI Damaskus telah menetapkan status siaga satu untuk empat provinsi yang ada di Syria, yaitu al-Hasakeh, al-Hakor, Deir ez-Zor, dan Idlib. Jadi empat provinsi ini ditetapkan sebagai siaga satu, sedangkan wilayah lainnya, termasuk Damaskus, ditetapkan sebagai siaga tiga. 

Sedang dipertimbangkan apakah nanti status darurat di Damaskus nantinya naikkan ke siaga dua. Jumlah WNI yang ada di Suriah mencapai 1.201. 

Kemenlu juga memantau situasi yang ada di Yaman. Wilayah Yaman ini di bawah koordinasi dari KBRI di Muscat. Pantauan terutama untuk wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Pemberontak Houthi.

Judha mengatakan, bahkan di Yaman juga ada WNI, walaupun jumlahnya tidak banyak. “Mayoritas WNI kita di Yaman itu tinggal di Hadramaut, yang memang bukan wilayah yang dikuasai Huthi. Namun dalam konteks ini KBRI Muscat juga sudah melakukan langkah antisipasi,” papar Judha.

“Kami ingin menyampaikan imbauan WNI kita. Pertama kita minta kepada WNI kita yang ada di Lebanon, di Suriah, di Iran, di Yaman, di Israel, di Palestina, untuk dapat meningkatkan kewaspadaan. Hindari lokasi-lokasi yang rawan,” imbuh Judha.

Kemudian selalu menjalin komunikasi dengan perwakilan RI terdekat. Di semua perwakilan sudah menyusun WhatsApp group. Jadi sudah ada saluran WhatsApp group antara perwakilan RI dengan warga negara Indonesia yang ada di sana.

Jadi ikuti update yang disampaikan oleh perwakilan RI, termasuk langkah-langkah kontijensi. Ikuti semua arahan rencana kontijensi yang sudah disampaikan oleh KBRI, termasuk kalau ada permintaan untuk evakuasi, mohon dapat diikuti. Jangan tunda sampai situasi semakin memburuk.

“Jadi kalau situasi memburuk, kemampuan pusat dan perwakilan RI itu akan sangat terbatas untuk bisa menyelamatkan mereka. Jadi kami mau sampaikan apa adanya, bahwa kenapa kita lakukan sekarang, sebelum situasi tambah memburuk, kita lakukan ketika masih ada kesempatan,” tegas Judha. 

Pemerintah juga meminta bagi WNI yang memiliki rencana untuk berkunjung ke Lebanon, Suriah, Iran, Palestina, Israel untuk dapat menunda perjalanan.

Kemenlu masih mencatat ada warga negara kita yang melakukan perjalanan ke Israel, walaupun untuk tujuan wisata religi. Dalam situasi saat ini kemenlu sangat mengimbau agar dapat menunda perjalanan sebut hingga situasi membaik. 

Untuk WNI yang dievakuasi dari Lebanon, sebelumnya disebutkan 65 WNI dan satu orang WNA sudah berhasil keluar dari lebanon. Sementara 40 WNI dan satu WNI akan diterbangkan ke Indonesia serta diperkirakan tiba di Jakarta pada 7 Oktober 2024.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)