Rupiah Sore Ini Ambruk 0,46%

Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi.

Rupiah Sore Ini Ambruk 0,46%

Husen Miftahudin • 2 July 2024 16:39

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini mengalami pelemahan, hingga nyaris menyentuh kembali ke level Rp16.400 per USD.

Mengutip data Bloomberg, Selasa, 2 Juli 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.396 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun sebanyak 75 poin atau setara 0,46 persen dari posisi Rp16.321 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu besok akan kembali mengalami pelemahan.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp16.380 per USD hingga Rp16.470 per USD," ujar Ibrahim, dikutip dari analisis hariannya.

Ia pun membeberkan penyebab melemahnya nilai tukar rupiah saat melawan dolar Amerika Serikat (AS) hari ini, diantaranya sentimen yang berasal dari eksternal maupun internal.
 

Dolar balik menguat


Adapun indeks dolar stabil terhadap mata uang lainnya, setelah pulih dari penurunan baru-baru ini pada Senin, dengan lebih banyak isyarat mengenai suku bunga Fed dan AS yang akan dirilis minggu ini. Ketua Fed Jerome Powell akan berbicara pada konferensi Bank Sentral Eropa pada Selasa, sedangkan risalah pertemuan The Fed Juni akan dirilis Rabu.

Data utama nonfarm payrolls untuk Juni akan dirilis pada Jumat, dan diperkirakan akan memberikan lebih banyak wawasan mengenai pasar tenaga kerja, yang juga merupakan pertimbangan utama bagi The Fed dalam memangkas suku bunga.

"Dolar mengalami pelemahan minggu lalu karena para pedagang menaikkan taruhan mereka pada penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada September. Namun sejumlah pejabat Fed menyatakan bank sentral memerlukan lebih banyak kepercayaan diri dalam mengendalikan inflasi sebelum memangkas suku bunga," terang Ibrahim.

Selain itu, para menteri Jepang mengatakan mereka tetap waspada terhadap pergerakan pasar mata uang, meskipun pasangan USD/JPY diperdagangkan dengan nyaman di atas level 160 yen yang terakhir kali mendorong intervensi pada Mei. Para pedagang berspekulasi pemerintah mungkin menunggu volume pasar yang rendah selama libur hari kemerdekaan pada 4 Juli untuk melakukan intervensi.

Data indeks manajer pembelian yang beragam dari Tiongkok memberikan isyarat berbeda mengenai pemulihan ekonomi di negara tersebut. Sidang Pleno Ketiga Partai Komunis Tiongkok, sebuah pertemuan para pejabat tingkat tinggi yang dijadwalkan berlangsung pada Juli, kini akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai Tiongkok.
 
Baca juga: Rupiah Melemah 0,34% terhadap Dolar AS
 

Manufaktur RI masih ekspansi meski melambat


Sementara itu, dampak penurunan kinerja Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia berada pada level 50,7 pada Juni 2024, turun dari angka 52,1 pada bulan sebelumnya. Meski alami perlambatan ekspansi, industri manufaktur nasional masih menunjukkan kondisi ekspansif yang mampu dipertahankan selama 34 bulan berturut-turut hingga Juni 2024.

Pemerintah mengapresiasi upaya pelaku industri yang terus mempertahankan optimisme dan produktivitas di tengah kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian. Bahkan sektor industri saat ini sudah masuk ke kondisi alarming. Para pelaku industri menurun optimismenya terhadap perkembangan bisnis mendatang.

Sejalan dengan laporan S&P Global, manufaktur nasional kehilangan momentum pada Juni 2024 lantaran kenaikan output, permintaan baru, dan penjualan yang melambat, sehingga level PMI manufaktur Indonesia bulan lalu mengalami penurunan mendalam.

Kondisi tersebut memengaruhi kepercayaan diri industri terhadap kondisi output 12 bulan mendatang yang belum bergerak dari posisi terendah dalam empat tahun pada Mei lalu, sekaligus salah satu yang terendah dalam rekor. Hal ini dipengaruhi oleh menurunnya pesanan dari luar negeri yang dipengaruhi oleh kondisi pasar, restriksi perdagangan, juga regulasi yang kurang mendukung.

Adapun, regulasi yang dimaksud adalah Peraturan Menteri Perdagangan No 8/2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor yang merelaksasi impor barang-barang dari luar negeri sejenis dengan produk yang diproduksi di dalam negeri. Aturan relaksasi impor dalam beleid tersebut menyebabkan turunnya optimisme para pelaku industri, yang berpengaruh pada penurunan PMI.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)