Konflik Sudan Memburuk, Kelaparan Terkonfirmasi di El Fasher dan Kadugli

Banyak warga Sudan mengalami kelaparan dan malnutrisi sejak meletusnya perang sekitar 2,5 tahun lalu. (Anadolu Agency)

Konflik Sudan Memburuk, Kelaparan Terkonfirmasi di El Fasher dan Kadugli

Willy Haryono • 4 November 2025 06:30

Khartoum: Sebuah pemantau pangan global mengonfirmasi pada Senin kemarin mengenai kondisi kelaparan di El-Fasher, kota Sudan yang jatuh ke tangan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) setelah pengepungan panjang, serta Kadugli, kota lain di selatan Sudan yang juga dikepung.

Temuan ini menandai pertama kalinya Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang didukung PBB menentukan kedua kota tersebut mengalami kelaparan, meski pada Desember lalu pun IPC telah mengonfirmasi kelaparan di kamp-kamp pengungsi di El-Fasher, ibu kota Darfur Utara.

Mengutip dari Gulf Times, Selasa, 4 November 2025, perang yang dimulai 2,5 tahun lalu antara RSF dan tentara Sudan telah menyebabkan kelaparan dan malnutrisi menyebar di seluruh Sudan, memaksa jutaan orang mengungsi, dan memicu gelombang kekerasan berbasis etnis di Darfur. IPC adalah standar internasional untuk mengukur tingkat krisis pangan, dan temuan ini memicu kritik dari pemerintah Sudan yang didukung tentara.

Penentuan pertama IPC atas kelaparan selama konflik adalah di kamp pengungsian Zamzam, selatan El-Fasher, pada Agustus 2024. El-Fasher diserang RSF dan dikepung selama sekitar 18 bulan sebelum akhirnya jatuh akhir bulan lalu, memperdalam perpecahan geografis di Sudan.

Selama pengepungan, warga mengatakan pasokan makanan terputus, memaksa mereka mengonsumsi pakan ternak dan kadang kulit hewan. Tempat berkumpul untuk makan komunitas juga menjadi sasaran serangan drone, menurut kesaksian warga kepada Reuters.

Akibatnya, semua anak yang tiba di kota Tawila setelah melarikan diri dari El-Fasher mengalami malnutrisi, sementara orang dewasa datang dalam kondisi sangat kurus, kata koordinator proyek MSF, Sylvain Pennicaud, kepada Reuters pada Senin.

Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional mengatakan sedang mengumpulkan bukti dugaan pembunuhan massal dan pemerkosaan setelah jatuhnya El-Fasher. Kepala Palang Merah Internasional menyatakan sejarah terulang kembali di Darfur.

Laporan IPC pada Senin, berdasarkan analisis September 2025, menyebutkan bahwa Tawila, serta Mellit dan Tawisha, dua kota lain tujuan pengungsi El-Fasher, berisiko mengalami kelaparan. IPC mencatat jumlah total warga Sudan yang menghadapi ketidakamanan pangan akut turun 6% menjadi 21,2 juta orang, atau 45% dari total populasi, karena stabilisasi bertahap dan akses yang lebih baik di Sudan tengah, yang dikuasai tentara Sudan sejak awal tahun.

Namun, situasi memburuk di wilayah Darfur dan Kordofan karena konsentrasi pertempuran di sana menghilangkan mata pencaharian warga, menaikkan harga, dan memaksa pengungsian, menurut IPC. Pemotongan bantuan global dan kendala birokrasi yang menghambat kemampuan PBB serta lembaga bantuan lain dalam menyalurkan makanan dan layanan meningkatkan tantangan kemanusiaan di Sudan.

Kadugli, ibu kota negara bagian Kordofan Selatan, telah dikepung oleh kelompok bersenjata SPLM-N yang bersekutu dengan RSF, meski kelaparan menyebar sejak awal perang. Wilayah Kordofan semakin menjadi fokus konflik karena terletak antara Darfur yang dikuasai RSF dan wilayah lain yang dikuasai tentara.

IPC mengatakan kota al-Dalanj di dekatnya mungkin juga mengalami kelaparan, namun kurangnya data menghambat penentuan. Pada Senin, seorang pejabat Bulan Sabit Merah mengatakan tiga relawan di kota di Darfur Utara yang dikuasai RSF, yang terlihat dipukuli dalam video, kemudian tewas.

RSF membantah bertanggung jawab atas dugaan eksekusi singkat tersebut.

Baca juga:  Lebih dari 1.500 Warga Sipil Mengungsi dari Zona Konflik Sudan-RSF

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)