Israel Heboh, AS Dilaporkan akan Tarik Pasukan dari Suriah

Pasukan Israel memasuki wilayah Suriah pada Desember 2024. (EFE/EPA/ATEF SAFADI)

Israel Heboh, AS Dilaporkan akan Tarik Pasukan dari Suriah

Riza Aslam Khaeron • 16 April 2025 18:18

Washington DC: Israel dilaporkan tengah dalam kondisi siaga tinggi setelah muncul kabar bahwa Amerika Serikat akan menarik sebagian besar pasukannya dari Suriah. Mengutip Times of Israel (ToI), pada Rabu, 16 April 2025, dua pejabat AS mengonfirmasi bahwa militer AS akan melakukan konsolidasi kehadiran militernya di Suriah dalam beberapa minggu dan bulan mendatang.

"Konsolidasi itu bisa mengurangi jumlah pasukan di Suriah hingga sekitar 1.000 personel," ujar salah satu pejabat AS, sebagaimana dikutip Times of Israel, Rabu, 16 April 2025.

Jumlah pasukan AS di Suriah saat ini berkisar 2.000 orang, tersebar di beberapa basis militer di timur laut negara tersebut. Mereka bekerja sama dengan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) untuk mencegah kebangkitan kembali kelompok ISIS.

Menurut laporan Ynet yang juga dikutip oleh ToI, Pentagon telah menginformasikan rencana pengurangan pasukan ini kepada pejabat keamanan Israel. Pemerintah Israel disebut sedang berusaha keras meyakinkan Washington untuk membatasi skala penarikan karena khawatir akan mendorong ekspansi militer Turki di wilayah Suriah.

"Yerusalem khawatir langkah ini akan meningkatkan 'nafsu' Turki untuk menguasai Suriah," ujar pejabat senior Israel, dikutip dari Ynet, Rabu, 16 April 2025.

Pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan belakangan memang semakin vokal dalam menyatakan niatnya untuk memperluas pengaruh di kawasan, terlebih setelah jatuhnya rezim Bashar Assad pada Desember lalu.

"Setiap pihak yang mencoba mengacaukan Suriah akan berhadapan dengan kami," ucap Erdogan, dikutip dari Ynets, 16 April 2025.

Israel telah menginvasi wilayah selatan Suriah sejak kejatuhan Bashar al-Assad pada bulan Desember 2024, berandil dalam invasi tersebut untuk melindungi zona penyangga wilayah Ketinggian Golan, antara Suriah dan Israel.

Tindakan tersebut mendapatkan kecaman dari berbagai pihak termasuk presiden de facto Suriah, Ahmed al-Sharaa, yang menyatakan tindakan mereka tidak bisa dijustifikasi. Meskipun begitu, mereka juga menekankan mereka tidak ingin konflik dengan Israel.
 

Baca Juga:
Pakar: Daripada Evakuasi, Lebih Baik Tingkatkan Donasi UNRWA

Ynet melaporkan bahwa diskusi antara Israel dan Turki kini tengah berlangsung untuk mencegah benturan langsung. Turki disebut telah mengirim pesan bahwa mereka tidak menginginkan konfrontasi, meski retorika Erdogan tetap keras.

Beberapa pejabat Israel juga meyakini bahwa waktu semakin sempit. Mereka menyebut serangan udara terakhir Israel ke pangkalan T4 sebagai bagian dari "perlombaan melawan waktu" sebelum AS benar-benar angkat kaki. Sumber keamanan Israel mengatakan kepada saluran Al-Hadath bahwa "pembicaraan Turki-Israel terus berlangsung untuk mencegah gesekan di Suriah."

Israel telah menyampaikan kepada Ankara dan Washington bahwa kehadiran permanen militer Turki di basis strategis seperti Palmyra dan T4 akan dianggap sebagai pelanggaran batas merah. Pejabat Israel juga memperingatkan bahwa jika Turki mengambil alih wilayah tersebut, kebebasan operasi militer Israel di kawasan Selatan Suriah akan terganggu.

Kekhawatiran Israel juga dipicu oleh kekuatan militer Turki yang terus bertambah dan retorika Erdogan yang semakin lantang sejak perang Gaza pecah. Seorang komentator Turki bahkan menyatakan bahwa militer Turki bisa mencapai Tel Aviv hanya dalam waktu 72 jam jika konflik terjadi.

Pemerintahan Trump telah lama menyuarakan niat untuk mengurangi keterlibatan militer di Suriah.

"Ini bukan perang kita," ujar Trump dalam pernyataan sebelumnya, sebagaimana dikutip oleh Ynet, Rabu, 16 April 2025. 

Israel juga menentang penarikan pasukan AS dikarenakan kekhawatiran bahwa penarikan pasukan Amerika akan menciptakan kekosongan kekuasaan di kawasan, yang memungkinkan Teheran memperluas kehadiran militernya di dekat perbatasan Israel.

Kabar penarikan pasukan bertepatan dengan meningkatnya tekanan terhadap Iran, di mana Presiden Trump menyatakan bahwa jika Teheran tidak menghentikan program senjatanya, maka "serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran bukan tidak mungkin."

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Surya Perkasa)