Lebih dari Separuh Penduduk Sudan Selatan Terancam Kelaparan pada 2026

Aktivitas warga di salah satu wilayah di Sudan Selatan. (Anadolu Agency)

Lebih dari Separuh Penduduk Sudan Selatan Terancam Kelaparan pada 2026

Muhammad Reyhansyah • 5 November 2025 10:54

Juba: Lebih dari separuh penduduk Sudan Selatan diperkirakan akan menghadapi krisis pangan atau kondisi yang lebih buruk selama musim paceklik 2026, menurut laporan Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang dirilis Selasa, 4 November 2025.

Laporan tersebut memperkirakan sekitar 7,56 juta warga Sudan Selatan akan mengalami kerawanan pangan antara April dan Juli 2026, sementara lebih dari dua juta anak berisiko menderita kekurangan gizi akut.

Krisis pangan di Sudan Selatan disebut tetap berada pada tingkat yang sangat tinggi, didorong oleh konflik lokal dan ketidakamanan sipil yang terus meluas, menyebabkan jutaan warga mengungsi. Banjir yang melanda wilayah luas juga memperburuk situasi dengan merusak mata pencaharian dan hasil pertanian.

Sekitar 5,97 juta orang atau 42% dari populasi kini mengalami kerawanan pangan parah antara September dan November, termasuk 1,3 juta dalam kategori darurat (Fase 4 IPC) dan 28.000 lainnya dalam kondisi bencana (Fase 5 IPC). Kabupaten Luakpiny/Nasir di wilayah Upper Nile bahkan berisiko menghadapi kelaparan jika situasi memburuk.

Perwakilan FAO di Sudan Selatan, Meshack Malo, mengatakan bahwa kelaparan di negara tersebut merupakan akibat langsung dari terganggunya musim tanam dan sistem pangan. 

“Mewujudkan perdamaian yang berkelanjutan dan memulihkan sistem pangan adalah kunci untuk mengakhiri kelaparan. Saat ladang kembali digarap dan pasar berfungsi, keluarga akan mendapatkan kembali martabatnya,” ujarnya, seperti dikutip Anadolu, Rabu, 5 November 2025.

Laporan itu menegaskan bahwa akses kemanusiaan tetap menjadi tantangan terbesar. Banyak wilayah terisolasi selama berbulan-bulan akibat ketidakamanan, penjarahan, jalan yang rusak, serta banjir, sehingga bantuan sulit menjangkau masyarakat yang paling membutuhkan.

“Ini adalah tren yang sangat mengkhawatirkan,” kata Mary-Ellen McGroarty, Direktur World Food Program (WFP) untuk Sudan Selatan. “Tingkat kelaparan yang terus bertahan sangat memprihatinkan. Di daerah yang damai dan terbuka bagi bantuan, kita melihat tanda-tanda awal pemulihan, namun momentum ini harus dijaga agar perubahan positif bisa berkelanjutan.”

Enam kabupaten diperkirakan akan mencapai tingkat kekurangan gizi akut paling parah pada 2026, sebagian besar akibat perpindahan penduduk, terbatasnya akses terhadap pangan, air bersih, dan layanan kesehatan, serta meningkatnya wabah kolera. Sebanyak 2,1 juta anak di bawah lima tahun dan 1,1 juta ibu diproyeksikan mengalami kekurangan gizi akut hingga Juni 2026.

Perwakilan UNICEF di Sudan Selatan, Noala Skinner, menyebut situasi tersebut “sangat mengkhawatirkan”. Ia menekankan pentingnya akses aman dan kesinambungan layanan kesehatan serta gizi untuk anak-anak di seluruh wilayah terdampak.

Menteri Pertanian dan Ketahanan Pangan Sudan Selatan mengatakan bahwa saat ini 42% populasi menghadapi krisis pangan atau kondisi lebih buruk. Angka itu diperkirakan turun sedikit menjadi 5,86 juta orang (41%) selama masa panen pada Desember 2025 hingga Maret 2026, namun akan kembali meningkat menjadi 7,56 juta saat musim paceklik tiba.

Ia berjanji pemerintah akan bekerja sama dengan badan-badan PBB dan mitra internasional lainnya untuk memperluas dukungan bagi masyarakat rentan meski menghadapi keterbatasan dana.

Baca juga:  Konflik Sudan Memburuk, Kelaparan Terkonfirmasi di El Fasher dan Kadugli

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)