Insi Nantika Jelita • 10 June 2025 12:24
Jakarta: Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto menerangkan industri otomotif nasional masih menghadapi tekanan akibat melemahnya daya beli masyarakat. Kondisi ini tercermin dari angka penjualan mobil yang menurun tajam.
Data terbaru Gaikindo menunjukkan penjualan mobil secara wholesales (pengiriman dari pabrik ke dealer) tercatat turun 15,1 persen secara tahunan (year on year/yoy), dari 71.391 unit pada Mei 2024 menjadi 60.613 unit di Mei 2025. Penurunan serupa terjadi pada penjualan retail (dari dealer ke konsumen) yang merosot 15,1 persen dari 72.246 unit menjadi 61.339 unit.
Secara kumulatif, sepanjang Januari hingga Mei 2025, total penjualan wholesales tercatat 316.981 unit, menurun 5,5 persen dibandingkan 335.405 unit pada periode yang sama di 2024. Sementara penjualan retail bahkan turun lebih dalam, yakni 9,2 persen dari 362.163 unit pada Januari-Mei 2024 menjadi 328.852 unit pada Januari-Mei 2025.
"Penurunan ini akibat daya beli yang masih lemah" ujar Jongkie kepada Media Indonesia, Selasa, 10 Juni 2025.
Menurut dia, daya beli yang lesu ini telah berlangsung lebih dari satu tahun dan belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan, seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang juga belum meningkat signifikan.
Melihat kondisi ini, Jongkie mengatakan pelaku industri masih bersikap hati-hati dan cenderung menunggu perkembangan selanjutnya (wait and see).
Dia kemudian mendorong adanya pemberian insentif tambahan dari pemerintah, mengingat saat ini insentif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) sebesar tiga persen hanya berlaku untuk mobil elektrik berjenis hybrid seperti HEV atau hybrid electric vehicle dan PHEV atau plug-in hybrid electric vehicle.
"Kalau bisa diberikan insentif tambahan untuk bisa meningkatkan penjualan mobil,' tegas Jongkie.
Baca juga:
Tak Cukup Kuat, Paket Stimulus Sulit Dongkrak Daya Beli |