Wall Street Bervariasi, S&P 500 Melemah Meski Masih Tren Penguatan

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Wall Street Bervariasi, S&P 500 Melemah Meski Masih Tren Penguatan

Eko Nordiansyah • 13 September 2025 07:42

New York: Indeks S&P 500 mencatatkan kenaikan beruntun dua minggu meskipun sempat melemah pada Jumat, 12 September 2025 karena terbebani oleh kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah dan data terbaru yang menunjukkan konsumen masih khawatir terhadap perekonomian.

Dikutip dari Investing.com, Sabtu, 13 September 2025, Dow Jones Industrial Average turun 273 poin atau 0,6 persen, indeks S&P 500 ditutup sekitar 0,1 persen lebih rendah setelah mencapai rekor intraday baru di 6.594,67 pada hari sebelumnya. Sementara itu, NASDAQ Composite naik 0,5 persen.

Sentimen konsumen melemah, imbal hasil obligasi AS naik

Indeks Sentimen Konsumen Universitas Michigan, yang cenderung berkorelasi negatif dengan inflasi, turun menjadi 55,4 pada bulan September dari 58,2 bulan lalu, meleset dari ekspektasi untuk angka yang tidak berubah.

Survei Universitas Michigan tentang ekspektasi awal inflasi satu tahun tidak berubah dari angka bulan sebelumnya sebesar 4,8 persen, tetapi ekspektasi inflasi selama lima tahun ke depan naik menjadi 3,9 persen dari 3,5 persen.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS rebound dari penurunan baru-baru ini, dengan imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-Tahun naik sekitar 6 basis poin menjadi 4,07 persen.
 
Baca juga: 

Pasar Obligasi Masih Jadi Buruan Meski Hadapi Banyak Tantangan



(Ilustrasi. Foto: Freepik)

Kenaikan imbal hasil terjadi bahkan ketika pasar hampir sepenuhnya memperhitungkan penurunan suku bunga untuk minggu depan. Pemangkasan suku bunga The Fed mengukuhkan ekspektasi untuk minggu depan.

Data pada hari Kamis menunjukkan harga konsumen AS naik sedikit di atas ekspektasi dan merupakan kenaikan bulanan tertajam sejak Januari, sementara klaim pengangguran mingguan melonjak menjadi 263 ribu, level tertinggi sejak 2021, menggarisbawahi tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja setelah laporan penggajian nonpertanian yang lemah minggu lalu.

Rilis data ini tidak banyak mengubah ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan 16-17 September.

Para pedagang di pasar berjangka memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin hampir pasti, dengan peluang tipis untuk penurunan setengah poin yang lebih besar.

"Inflasi sedikit lebih tinggi dari perkiraan dan tarif kemungkinan akan mempertahankannya dalam beberapa bulan mendatang, tetapi pelemahan pasar tenaga kerja kini menjadi prioritas The Fed, dengan meningkatnya klaim pengangguran mengisyaratkan peningkatan PHK di saat perekrutan sedang lesu," ujar analis ING dalam sebuah catatan.

Survei Universitas Michigan akan dirilis akhir sesi ini, dan investor kemungkinan akan terus mencermati ekspektasi inflasi sebagai panduan pergerakan suku bunga The Fed di masa mendatang.

Dana ekuitas global catat arus keluar

Dana ekuitas global mencatat arus keluar mingguan pertama mereka dalam lima minggu hingga 10 September karena investor mengunci keuntungan dan memangkas eksposur risiko mereka.

Menurut data LSEG Lipper, investor menarik dana bersih sebesar USD3,06 miliar dari dana ekuitas global pada minggu pertama penjualan bersih sejak 6 Agustus.

Arus keluar didorong oleh penjualan dana ekuitas AS sebesar USD10,44 miliar, yang merupakan angka tertinggi dalam lima minggu. Dana Eropa dan Asia masing-masing menarik arus masuk bersih sebesar USD3,77 miliar dan USD1,87 miliar.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)