Berusia 92 Tahun, Presiden Paul Biya Maju Lagi di Pemilu Kamerun

Warga Kamerun mengikuti pemilihan umum pada Minggu, 12 Oktober 2025. (Anadolu Agency)

Berusia 92 Tahun, Presiden Paul Biya Maju Lagi di Pemilu Kamerun

Muhammad Reyhansyah • 13 October 2025 15:38

Yaounde: Presiden tertua di dunia, Paul Biya yang berusia 92 tahun, berusaha memperpanjang masa kekuasaannya yang telah berlangsung selama 42 tahun di Kamerun dengan kembali mengikuti pemilu yang berlangsung pada Minggu, 12 Oktober. Pemilu Kamerun kali ini dianggap sebagai salah satu momen politik paling menentukan dalam sejarah modern Kamerun.

Tokoh oposisi utama Biya, Maurice Kamto, tidak masuk dalam daftar calon setelah dinyatakan tidak memenuhi syarat oleh komisi pemilihan nasional. Absennya Kamto memperkuat keyakinan banyak pihak bahwa kontestasi kali ini kembali akan berpihak pada petahana.

Kondisi ekonomi yang memburuk menjadi isu utama menjelang pemungutan suara. Harga bahan bakar dan kebutuhan pokok melonjak tajam, membuat kehidupan masyarakat kian sulit. Dalam kampanye terakhirnya pada Selasa lalu, Biya berjanji memperbaiki ekonomi, mengatasi pengangguran anak muda, dan menekan angka kemiskinan.

“Saya tidak akan menyerah pada keadaan saat ini,” katanya dalam pidato kampanye.

“Memang banyak yang telah dicapai, tetapi saya dapat meyakinkan Anda bahwa yang terbaik masih akan datang.”

Meski masih dianggap kandidat terkuat, kekuasaan Biya tampak mulai rapuh. Dalam beberapa bulan terakhir, muncul gelombang oposisi baru yang dipimpin oleh mantan sekutu dan generasi muda terdidik, terinspirasi oleh kebangkitan politik Gen Z di berbagai negara Afrika.

Mengutip dari Telegraph India, Senin, 13 Oktober 2025, para pendukung Biya menolak anggapan bahwa usianya menjadi penghalang.

“Presiden bisa berpikir seribu kali lebih cepat dibandingkan anak muda berusia 25 atau 30 tahun,” ujar Chuo Walters, pengacara dan profesor di Universitas Bertoua yang mendukung Biya. Jika terpilih kembali, masa jabatannya akan berakhir saat usianya mendekati 99 tahun.

Namun, banyak analis menilai sistem politik Kamerun telah lama diatur untuk mempertahankan kekuasaan Biya. “Institusi negara dirancang agar ia tetap menang,” kata Hubert Kinkoh, analis politik dan keamanan. Pihak oposisi menuduh Biya memanfaatkan kekuasaannya untuk menekan lawan politik serta mengendalikan pengadilan dan komisi pemilihan.

Para kritikus juga menyoroti ketiadaan rencana suksesi yang jelas dan dampak buruk kepemimpinan panjang Biya terhadap perekonomian. Kekosongan kepemimpinan itu, menurut mereka, justru memicu gelombang aktivisme politik di kalangan muda yang menuntut perubahan.

Dengan usia hampir satu abad dan kekuasaan yang terbentang lebih dari empat dekade, pemilu kali ini akan menjadi ujian apakah Kamerun tetap berada di bawah bayang-bayang kepemimpinan lama, atau membuka jalan bagi generasi baru yang menuntut arah politik berbeda.

Baca juga:  Serangan Udara Nigeria di Perbatasan Kamerun Tewaskan 35 Ekstremis

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)