Eko Nordiansyah • 17 September 2025 08:20
New York: Harga minyak naik lebih dari satu dolar per barel pada Selasa, 16 September 2025. Para pedagang mempertimbangkan kemungkinan terganggunya pasokan Rusia oleh serangan pesawat nirawak Ukraina di pelabuhan dan kilangnya, dan menunggu keputusan Federal Reserve tentang suku bunga AS.
Melansir Investing.com, Rabu, 17 September 2025, harga minyak mentah Brent berjangka ditutup naik USD1,03 atau 1,5 persen menjadi USD68,47 per barel. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik USD1,22 atau 1,9 persen menjadi USD64,52 per barel.
Transneft, perusahaan monopoli pipa minyak Rusia, telah memperingatkan para produsen mereka mungkin harus memangkas produksi menyusul serangan pesawat nirawak Ukraina terhadap pelabuhan ekspor dan kilang-kilang penting, menurut tiga sumber industri.
Baca juga:
Neraca Perdagangan Jepang Menyusut Lebih Kecil dari Perkiraan |
Ukraina telah mengintensifkan serangan terhadap infrastruktur energi Rusia dalam beberapa pekan terakhir, mengganggu operasi di terminal minyak utama Rusia di Primorsk, pekan lalu, karena perundingan untuk mengakhiri konflik mereka terhenti.
"Serangan terhadap terminal ekspor seperti Primorsk lebih ditujukan untuk membatasi kemampuan Rusia menjual minyaknya ke luar negeri, yang memengaruhi pasar ekspor," kata analis JP Morgan.
"Lebih penting lagi, serangan ini menunjukkan meningkatnya keinginan untuk mengganggu pasar minyak internasional, yang berpotensi menambah tekanan positif pada harga minyak," kata mereka.
Goldman Sachs memperkirakan serangan Ukraina telah mengurangi sekitar 300 ribu barel per hari kapasitas kilang Rusia pada Agustus dan sejauh ini pada bulan ini.
Harga minyak diesel berjangka AS terakhir naik 2,5 persen, melampaui harga minyak WTI dan bensin berjangka AS. Situasi di Rusia dapat menyebabkan pengetatan pasar minyak diesel AS, kata analis StoneX Energy, Alex Hodes.
"Jika kilang Rusia mengalami kerusakan substansial, hal itu dapat meningkatkan permintaan ekspor minyak diesel AS dan berpotensi mempertahankan kurva inversi ke depan," kata Hodes.
Yang juga menjadi perhatian investor adalah pertemuan Federal Reserve AS pada 16-17 September. Bank sentral diperkirakan akan memangkas suku bunga, yang akan merangsang ekonomi dan meningkatkan permintaan bahan bakar. Namun, para analis tetap berhati-hati terhadap kondisi ekonomi AS.
Pasar juga mempertimbangkan kemungkinan penurunan persediaan minyak mentah di AS pekan lalu, dengan data resmi diperkirakan akan dirilis pada Rabu pukul 14.30 GMT.