PM Benjamin Netanyahu di Sidang Majelis Umum PBB, 26 September 2025. (Dok. UN)
Riza Aslam Khaeron • 27 September 2025 10:50
Jakarta: Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum PBB pada 26 September 2025 di New York, menyampaikan pembelaan panjang terkait operasi militer Israel di Gaza. Operasi tersebut sebelumnya telah dinyatakan sebagai tindakan "genosida" oleh Komisi PBB.
Di pertengahan pidato yang disampaikan lebih dari 40 menit tersebut, Netanyahu menyebut bahwa Israel telah berupaya menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza.
Namun menurutnya, bantuan tersebut tidak sampai kepada warga karena dijarah oleh Hamas.
"Bahkan PBB mengakui Hamas menjarah 85% truk kemanusiaan," ujar Netanyahu.
Benarkah klaim tersebut? Berikut hasil cek fakta yang dilakukan oleh tim Metrotvnews.
Misinterpretasi Data PBB
Melansir hasil cek fakta France24 pada bulan Agustus, klaim
Netanyahu bahwa “bahkan PBB mengakui Hamas menjarah 85% truk kemanusiaan” merupakan bentuk misinterpretasi atas data lembaga
PBB yang bertugas mencatat distribusi bantuan di Gaza.
Tidak ada pernyataan resmi dari PBB—termasuk dari
Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA)—yang menyebut bahwa 85% atau 87% bantuan dijarah oleh Hamas.
Angka 85–87% tersebut kemungkinan merujuk pada statistik dari situs
UN270 (badan yang memantau logistik bantuan di Gaza), yang mencatat bahwa antara 19 Mei hingga 22 Agustus 2025, dari 4.659 truk bantuan yang masuk ke Gaza, sebanyak 4.107 truk “diintersepsi” atau dijarah.
Namun, situs UN270 tidak menyatakan bahwa penjarahan dilakukan oleh Hamas.
PBB menyebut bahwa truk-truk tersebut diambil “baik secara damai oleh warga kelaparan maupun secara paksa oleh aktor bersenjata.”
Olga Cherevko dari OCHA bahkan menjelaskan kepada
Times of Israel bahwa sebagian besar penjarahan dilakukan oleh “warga Gaza yang kelaparan, bukan oleh geng bersenjata.”
“Pembatasan jangka panjang terhadap masuknya bantuan telah menciptakan situasi yang tidak dapat diprediksi, sehingga masyarakat kehilangan kepercayaan bahwa bantuan akan benar-benar sampai kepada mereka,” ujarnya.
“Akibatnya, banyak konvoi bantuan kami dibongkar langsung oleh orang-orang yang kelaparan dan putus asa karena mereka menghadapi tingkat kelaparan yang parah dan kesulitan memberi makan keluarga mereka,” lanjut staf
PBB tersebut.
Dengan demikian, klaim
Netanyahu keliru dengan menyandarkan angka tersebut pada otoritas PBB secara langsung, padahal tidak ada pernyataan eksplisit dari badan PBB yang mendukung tudingan bahwa Hamas mencuri 85% bantuan.
Klaim IDF Kontradiktif dengan Klaim Netanyahu
Klaim
Netanyahu juga bertentangan dengan pernyataan resmi dari militer Israel (IDF). Pada 25 Juli 2025, melansir France24, laporan Reuters mencatat bahwa IDF, berdasarkan laporan intelijen internal, memperkirakan bahwa Hamas menyimpangkan hingga 25% bantuan kemanusiaan—angka yang jauh lebih rendah dibanding klaim Netanyahu yang menyebut 85%.
Tambahan pula, laporan dari Kantor Inspektur Jenderal USAID pada 25 Juli 2024 menyebutkan bahwa bantuan dari AS memang berada dalam risiko tinggi disalahgunakan oleh Hamas, tetapi tidak ditemukan bukti adanya pencurian besar-besaran.
Laporan lanjutan pada 25 Juli 2025 pun memperkuat temuan tersebut dengan menyatakan bahwa dari 156 insiden antara Oktober 2023 hingga Mei 2025, tidak ada indikasi kuat bahwa Hamas mencuri bantuan secara sistematis.
Fakta ini menambah keraguan atas validitas klaim
Netanyahu di forum internasional, sekaligus menunjukkan bahwa narasi tentang dominasi Hamas dalam penjarahan bantuan tidak sejalan dengan bukti yang dikemukakan oleh otoritas militer dan lembaga donor asing sendiri.
Berdasarkan telaah terhadap data
PBB, pernyataan otoritas Israel, serta laporan lembaga donor internasional, klaim Netanyahu bahwa "bahkan PBB mengakui Hamas menjarah 85% truk kemanusiaan" dapat disimpulkan sebagai tidak benar.
Angka tersebut tidak pernah dinyatakan secara resmi oleh PBB dan merupakan bentuk distorsi dari data yang justru menyebut sebagian besar penjarahan dilakukan oleh warga sipil yang kelaparan.
Bahkan, militer Israel sendiri hanya memperkirakan angka penyelewengan oleh Hamas sekitar 25%. Dengan demikian, klaim
Netanyahu tidak memiliki dasar kuat.