Direktur Pelindungan WNI (PWNI) Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha menyambut 10 WNI dari Yaman di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Metrotvnews.com/ Hendrik Simorangkir
Tangerang: Negara Yaman saat ini tengah memanas setelah kelompok Houthi yang berbasis di daerah sana akan memblokade laut terhadap pelabuhan Haifa, Israel. Menindaklanjuti kejadian tersebut, Kementerian Luar Negeri mengevakuasi warganya untuk dipulangkan ke Tanah Air.
"Siang ini tiba dengan selamat warga negara Indonesia (WNI) yang sudah kita evakuasi dari Yaman. Total keseluruhan dari WNI ini berjumlah 10 orang," kata Direktur Pelindungan WNI (PWNI) Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Kamis, 22 Mei 2025.
Judha menuturkan 10 orang tersebut masuk ke dalam gelombang pertama proses evakuasi yang dilakukan Pemerintah Indonesia. Mereka semua merupakan mahasiswa dan pekerja migran.
"Jadi ini adalah gelombang pertama evakuasi yang dilakukan Kementerian Luar Negeri. Yang pulang hari ini sembilan mahasiswa dan satu pekerja migran. Kalau secara keseluruhan dalam evakuasi gelombang pertama ini ada 14 orang, 10 WNI kembali ke Tanah Air dan empat WNI memilih tinggal di Yaman Utara tepatnya Tarim," jelasnya.
Judha menjelaskan pihaknya pun akan kembali mengevakuasi sebanyak 18 orang WNI dari Yaman dalam waktu dekat, setelah penyelesaian proses keimigrasian yang dilakukan oleh negara setempat.
"Saat ini kami tengah berencana memfasilitasi evakuasi gelombang kedua. Hingga saat ini sebanyak 18 WNI telah menyatakan kesediaannya untuk mengikuti proses evakuasi gelombang kedua tersebut yang mayoritas merupakan perempuan, anak dan lansia," katanya.
Judha menambahkan dengan situasi keamanan saat ini pihaknya telah menetapkan status siaga I untuk wilayah Yaman Utara. Saat ini, lanjutnya, pihaknya pun tengah melakukan koordinasi intensif dengan kementerian atau lembaga terkait soal pembaruan data WNI di wilayah Yaman.
"Kepada WNI yang hendak menjalani atau yang berada di Yaman agar tetap waspada, menghindari lokasi yang rawan maupun kerumunan massa, meminimalisasi pergerakan yang tidak perlu, serta menjalin komunikasi erat dengan KBRI Muscat," ujarnya.