Bola api dari serangan udara Israel di Kota Gaza, 7 September 2025. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 9 September 2025 11:29
Tel Aviv: Israel meminta warga Kota Gaza segera mengungsi, setelah mengancam akan melancarkan serangan udara dan operasi darat besar-besaran jika kelompok Hamas tidak menyerah. Peringatan ini disampaikan menyusul tekanan Israel agar Hamas melucuti senjata dan membebaskan 48 sandera yang ditahan sejak serangan tahun 2023.
Warga Gaza melaporkan pasukan Israel membombardir Kota Gaza dari udara, termasuk menargetkan kendaraan lapis baja di jalan. Sementara itu, Hamas tengah mempelajari proposal gencatan senjata Amerika Serikat sebagai upaya terakhir meredakan ketegangan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan: “Saya sampaikan kepada penduduk Kota Gaza, kalian telah diperingatkan, keluarlah dari sana!”
Netanyahu menambahkan, Israel telah menumbangkan 50 “menara teror” sebagai persiapan operasi darat di Kota Gaza. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menulis di X bahwa “badai dahsyat akan menghantam langit Kota Gaza hari ini.”
Serangan terbaru IDF menargetkan sebuah gedung 12 lantai tempat puluhan keluarga pengungsi berlindung, tiga jam setelah mereka didesak mengungsi. Menurut militer Israel, militan Hamas menanam alat peledak dan pengintai di dekat gedung untuk melancarkan serangan terhadap pasukan Israel.
Proposal gencatan senjata AS menyerukan Hamas membebaskan seluruh sandera sejak hari pertama kesepakatan. Hamas menyatakan komitmen membebaskan sandera, tetapi menekankan syarat agar Israel mengakhiri perang dan menarik pasukannya dari Gaza.
Qatar turut mendorong Hamas merespons positif proposal gencatan senjata AS. Namun pejabat senior Hamas, Bassem Naim, menilai proposal itu masih tahap awal dan menegaskan fokus mereka adalah menolak tawaran tersebut.
Sejak awal perang, Israel melancarkan serangan besar yang menghancurkan Kota Gaza. Data medis Palestina menyebut lebih dari 64.000 warga tewas, termasuk setidaknya 393 orang dalam 24 jam terakhir akibat kelaparan dan kekurangan gizi.
Perang ini juga menelan korban di kalangan jurnalis Palestina, dengan hampir 250 tewas, menjadikannya konflik paling mematikan bagi media. Israel membantah tuduhan sengaja menargetkan wartawan.
Konflik bermula dari serangan Hamas di Israel selatan pada 2023, yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 warga. Sebagian sandera telah dibebaskan melalui gencatan senjata sebelumnya, tetapi beberapa masih ditahan sebagai alat tawar-menawar.
Negosiasi hingga kini masih menemui jalan buntu, karena Israel menuntut pembebasan sandera dan penyerahan senjata, sementara Hamas menegaskan tidak akan melepaskan senjata sebelum Palestina memiliki negara merdeka. (Kelvin Yurcel)
Baca juga: PM Israel Bangga Bisa Hancurkan 50 Menara di Gaza dalam Dua Hari