Ilustrasi gudang beras. Foto: dok MI.
Media Indonesia • 6 September 2023 11:15
Semarang: Sebanyak 5.150,7 hektare sawah di berbagai daerah di Jawa Tengah terdampak kekeringan. Namun stok beras cukup hingga akhir tahun karena hasil panen selama Januari hingga Agustus 202 meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu.
Kemarau panjang terjadi saat ini, menyulitkan warga di ratusan desa di Jawa Tengah alami kesulitan air bersih hingga mengandalkan bantuan air untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan sebagian lainnya terpaksa mencari sumber mata air lebih jauh bahkan hingga menggali sawah serta dasar sungai.
Dampak kemarau panjang, ribuan hektare sawah sepanjang pantura Brebes-Rembang serta daerah lain di wilayah selatan mengalami kekeringan karena tidak ada air di saluran irigasi dan sungai mengering serta air waduk/bendungan sebagai andalan pengairan di sawah juga menyusut deatis bahkan juga sebagian mengering.
"Sudah tiga bulan tidak dapat menanam padi karena tidak ada air di saluran irigasi, tanaman lain juga layu dan mati akibat kemarau panjang ini," kata Kusno, 50, petani di Batangan, Kabupaten Pati.
Hal serupa juga diungkapkan Warsi, 55, petani di Karanganyar, Kabupaten Demak bahwa beberapa petani mengalihkan budidaya tanaman yang tidak banyak membutuhkan air seperti palawija maupun buah di sawah. Namun memenuhi kebutuhan air sebagian terpaksa membuat sumur maupun membeli air secara patungan.
"Setiap pekan sekali harus membeli air Rp150 ribu per tangki untuk menyirami tanaman," imbuhnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah Supriyanto mengatakan telah melakukan pemetaan dan identifikasi wilayah terdampak kekeringan sebagai akibat kemarau panjang.
Hasilnya, sebanyak 5.150,7 hektare di provinsi ini mulai terdampak kekeringan bahkan Kabupaten Blora, Rembang, Wonogiri, dan Kota Semarang masuk dalam kategori sangat kering dan mengalami defisiensi ketersediaan air di bawah 20 persen.
Sebagai langkah menjaga ketersediaan pangan, demikian Supriyanto, menghadapi kemarau dan kekeringan ini didorong agar petani lakukan percepatan masa tanam untuk mengejar sisa hujan dan meningkatkan ketersediaan air melalui pembangunan atau perbaikan embung, parit, sumur dalam, maupun sumur resapan.
Selain itu dalam rangka meringankan beban petani, lanjut Supriyanto, pemerintah provinsi juga menyediaan benih tahan kekeringan, pengembangan pupuk organik terpusat dan dukungan pembiayaan kredit usaha serta asuransi pertanian juga terus dilakukan.
"Berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan pertanian," imbuhnya.
Ditanya tentang ketersediaan pangan terutama beras, Supriyanto mengungkapkan bahwa meskipun menghadapi kemarau dan kekeringan ini produksi pertanian terutama padi masih tetap berlanjut, bahkan ketersediaan gabah kering giling (GKG) diperkirakan masih banyak karena hasil panen Januari-Agustus 2023 surplus.
Berdasarkan data, menurut Supriyanto, hasil produksi gabah kering giling di Jawa Tengah pada periode Januari-Agustus 2023 sebanyak 7.904.881 ton, jumlah ini meningkat dibanding tahun 2022 lalu pada periode yang sama yakni 7.827.850 ton atau meningkat 77.031 ton.
Kepala Bidang Distribusi dan Cadangan Pangan Dinas Ketahanan Pangan Jawa Tengah Sri Broto Rini secara terpisah mengatakan secara perhitungan ketersediaan beras di Jawa Tengah masih mencukupi kebutuhan, karena kebutuhan beras setiap bulan di provinsi ini sebanyak 335 ribu ton, sedangkan hasil panen hingga Agustus lalu cukup besar.
"Hasil koordinasi dengan Bulog Jawa Tengah stok beras mencukupi hingga akhir tahun mendatang, bahkan sampai saat ini persediaan beras medium Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikuasai Bulog masih sebanyak 70.401 ton," jelasnya.