Pendiri Gusdurian Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid. Medcom.id/Fachri
Alissa Wahid Dapat Informasi BLT Mulai Dijadikan Alat Penarik Suara Rakyat
Candra Yuri Nuralam • 5 January 2024 17:36
Jakarta: Pendiri Gusdurian Alissa Wahid mendapatkan informasi yang menyebutkan bantuan langsung tunai (BLT) menjadi alat penarik suara rakyat. Salah satu warganet bahkan mengadu padanya melalui media sosial X yang dulunya bernama Twitter.
“Kemarin sore di Twitter saya ada yang komen begini, ‘iya tuh, ART saya bilang di tempatnya dia, kalau beberapa waktu yang lalu, yang dapat BLT, kamu nanti enggak dapat BLT loh kalau kamu enggak nyoblos X’,” kata Alissa di Gedung Permata Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat, 5 Januari 2024.
Alissa menyebut dirinya menindaklanjuti komentar salah satu warganet di media sosial X itu. Dia enggan menyebut identitasnya.
Menurutnya, orang itu mengaku adanya pemaksaan untuk memilih salah satu kontestan pemilihan umum (pemilu) jika satu kampung ingin mendapatkan BLT. Berdasarkan informasi yang didapatkannya, kalau satu orang memutuskan menolak memberikan suara, bantuan itu bakal dialihkan ke tempat lain.
“Kalau ada satu orang saja di satu kampung ini tidak nyoblos X, maka sekampung tidak dapat BLT,” ujar Alissa.
Desakan memilih untuk mendapatkan BLT itu diyakini membuat masyarakat takut untuk menyampaikan pendapat berbeda. Apalagi, kata Alissa, masyarakat Indonesia banyak yang menganut sociocentric society.
“Ini kemudian jadi memungkinkan ini terjadi, karena orang takut, nanti kalau gue ketahuan gimana?” ucap Alissa.
Baca juga:
Istana Bantah Politisasi Bansos |
Menurutnya, pembagian BLT tidak boleh disertai dengan pemaksaan. Sebab, bantuan itu menggunakan dana pemerintah. Berbeda urusan jika bantuan diberikan perorangan.
“Jadi, ini persoalannya adalah persoalan etika semua? Salah enggak mendapatkan BLT? Tidak. Salah enggak pembagian BLT? Tidak,” kata Alissa.
Informasi ini juga menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah maupun peserta, dan pengawas pemilu. Sebab, fakta tersebut tidak akan bisa ditemukan jika tidak melakukan penelusuran lapangan.
“Hal-hal seperti ini bisa kita trace bener-bener di lapangan,” tutur Alissa.