Ilustrasi. Foto: MI/Amiruddin Abdullah Reubee.
Naufal Zuhdi • 30 March 2025 13:23
Jakarta: Perum Bulog mencatat lonjakan serapan beras yang luar biasa dalam tiga bulan pertama 2025. Tercatat hingga Maret ini, Bulog telah menyerap 725.513 ton beras dari petani. Lonjakan ini menjadi serapan tertinggi dalam lima tahun terakhir untuk periode yang sama.
Peningkatan ini mencapai 2.000 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, di mana serapan Bulog hanya sekitar 35 ribu ton dalam tiga bulan pertama.
Pengamat politik Hendri Satrio menilai pencapaian ini menjadi pencapaian Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman yang membawa perubahan di sektor pertanian. Dia memahami langsung suara petani dan mengambil tindakan nyata di lapangan.
"Dalam waktu singkat, kita bisa melihat dampak tangan dingin Amran Sulaiman. Serapan Bulog melonjak, produksi beras meningkat, mafia pangan ditindak, dan efisiensi anggaran membuahkan hasil maksimal. Jargon 'tidak ada hari libur di Kementan untuk swasembada' bukan sekadar slogan, tapi benar-benar diterapkan," ujar pria yang akrab disapa Hensa itu, dikutip dari siaran pers yang diterima, Minggu, 30 Maret 2025.
Namun, Hensa mengingatkan agar pemerintah tidak terlalu terlena mengingat tantangan swasembada masih cukup panjang, terutama pada persoalan cuaca yang kini memasuki musim hujan lebat.
"Saya sih oke ya dengan data ini, prestasi sekaligus kado istimewa bagi bangsa Indonesia. Kenapa? Pangan itu sektor dasar yang menentukan nasib bangsa kita ke depan. Tapi saya juga mengingatkan jangan terlalu terlena karena tantangan ke depan masih cukup panjang, walaupun saya apresiasi kinerja Bulog dan Mentan (Amran Sulaiman) yang terus bekerja meningkatkan produksi dalam negeri," terang dia.
Diketahui, serapan gabah pada 28 Maret 2025 tercatat mencapai 725.513 ton setara beras atau meningkat 2.243,09 persen bila dibandingkan 2015 yang hanya 30.964 ton. Capaian ini sejalan dengan Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan lonjakan produksi beras nasional pada periode Januari-Maret 2025 sebesar 52,32 persen dibandingkan periode yang sama 2024, mencapai 8,67 juta ton, dengan potensi luas panen padi mencapai 2,83 juta hektare.
Peningkatan serapan gabah petani juga tidak terlepas juga dari kebijakan HPP gabah yang saat ini mencapai Rp6.500 per kilogram. Penetapan HPP ini juga disertai denagn penghapusan rafaksi sehingga gabah wajib dibeli dalam kondisi apapun.
"Komunikasi pemerintah untuk isu penyerapan gabah juga baik, ini tumben baik, tidak seperti kasus lainnya. Maka dengan komunikasi yang baik, koordinasi juga baik sehingga, saat pemerintah memberikan tambahan anggaran sebesar Rp16,6 triliun untuk Perum Bulog bisa terlaksana," kata dia.
Baca juga: Bulog: Total Serapan Gabah Musim Panen Raya Sentuh 650 Ribu Ton |