Sektor ESDM Butuh 6,2 Juta Orang, Bahlil: Jangan Kufur Nikmat!

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Foto: dok Kementerian ESDM.

Sektor ESDM Butuh 6,2 Juta Orang, Bahlil: Jangan Kufur Nikmat!

Insi Nantika Jelita • 4 June 2025 08:49

Jakarta: Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan sektor ESDM memiliki potensi besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan di masa mendatang. Dia menyampaikan hingga 2030, Indonesia membutuhkan sekitar 6,2 juta tenaga kerja di sektor ini.
 
"Kalau ada yang mengatakan lapangan pekerjaan tidak ada, saya pikir kita harus introspeksi kolektif. Jangan sampai kita kufur nikmat. Tenaga kerja sangat dibutuhkan besar di sektor ini," ketus Bahlil dalam pembukaan Human Capital Summit 2025 di Jakarta, dikutip Rabu, 4 Juni 2025.
 
Bahlil menekankan pentingnya kesiapan dan kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang adaptif dan tangguh di industri ESDM. Jangan sampai perguruan tinggi mencetak lulusan yang tidak selaras dengan kebutuhan industri. "Jangan kampus melahirkan output lulusan kampus yang tidak adaptif dengan tuntutan lapangan pekerjaan," kata dia.
 
Menurut data yang diterima oleh Kementerian ESDM, terdapat 3.764 jenis pekerjaan di sektor ini. Dari jumlah tersebut, 79 persen berada di sektor energi baru terbarukan dan konservasi energi (EBTKE), 14 persen di sektor minyak dan gas bumi (migas), serta tujuh persen di sektor geologi, mineral, dan batubara (geominerba). Namun, masih ada sekitar 487 jenis pekerjaan yang belum banyak diketahui masyarakat.
 

Baca juga: Pengumuman! Sektor Energi dan Mineral RI Butuh 6,2 Juta Tenaga Kerja


(Aktivitas pertambangan. Foto: dok MI/Angga Yuniar)
 

Generasi muda diingatkan tidak terpaku di bidang sosial

 
Bahlil mengajak generasi muda untuk lebih terbuka terhadap peluang di sektor ESDM, dan tidak terpaku pada bidang-bidang sosial.
 
"Anak-anak muda di republik ini yang ingin mencari lapangan pekerjaan ambil kuliahnya di bidang ini (energi atau sains). Jangan ambil di bidang sosial terus," imbuh Politikus Partai Golkar itu.
 
Dia menambahkan di masa lalu, seseorang bisa mendapat pekerjaan hanya dengan kemampuan orasi dan aktivitas sosial. Namun saat ini, dunia kerja menuntut profesionalisme dan kompetensi nyata.
 
"Sekarang sudah berubah ini. Kalau dulu cukup kita jadi aktivis bisa dapat pekerjaan. Sekarang harus profesional," tutur Bahlil.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)