Kekesalan Slovenia Usai AS Veto Resolusi Gencatan Senjata di Gaza

AS veto resolusi untuk gencatan senjata Gaza di DK PBB. Foto: Anadolu

Kekesalan Slovenia Usai AS Veto Resolusi Gencatan Senjata di Gaza

Fajar Nugraha • 5 June 2025 14:07

New York: Slovenia, yang memimpin desakan Dewan Keamanan PBB untuk gencatan senjata di Gaza, mengatakan "cukup sudah" setelah Amerika Serikat (AS) memveto resolusi tersebut pada hari Rabu, 4 Juni 2025. AS menghalangi tindakan yang didukung oleh 14 dari 15 anggota Dewan.

"Kami tidak pernah bermaksud untuk memprovokasi veto," kata utusan Slovenia untuk PBB, Samuel Zbogar, setelah pemungutan suara dan negaranya memperkenalkan rancangan resolusi atas nama 10 anggota terpilih (E10) Dewan. 
 

Baca: 14 Lawan 1 Suara, AS Veto Resolusi DK PBB Terkait Gencatan Senjata di Gaza.


Ia menyadari terdapat posisi yang berbeda di dalam Dewan, “Itulah sebabnya rancangan resolusi hanya memiliki satu fokus, yakni kemanusiaan." Zbogar menekankan bahwa membuat warga sipil kelaparan dan menderita besar adalah tindakan yang tidak manusiawi dan melanggar hukum internasional. 

“Tidak ada tujuan perang yang dapat membenarkan tindakan tersebut,” tambah Zbogar, seperti dikutip Anadolu, Kamis 5 Juni 2025 

Tanpa menyebut nama AS, Zbogar mengatakan bahwa "veto mencegah Dewan mengambil tindakan hari ini." Ia menyebut bahwa resolusi rancangan anggota terpilih PBB sudah menunjukkan dukungan kuat terhadap Gaza sesuai prinsip kemanusiaan.

"Sudah cukup penderitaan warga sipil. Sudah cukup makanan digunakan sebagai senjata. Sudah cukup," tegas Zbogar.

Sementara itu, utusan Aljazair untuk PBB, Amar Bendjama, menggambarkan E10 sebagai "pembawa legitimasi moral. Mereka adalah kompas sejati hati nurani dunia." Ia berpendapat bahwa tindakan Israel terus berlanjut karena mereka selalu merasa terlindungi. 

Utusan Tiongkok untuk PBB, Fu Cong, mengatakan negaranya "sangat kecewa" dengan hasil tersebut. "AS sekali lagi menyalahgunakan hak vetonya, memadamkan secercah harapan bagi Gaza dan dengan kejam terus meninggalkan lebih dari 2 juta orang dalam kegelapan. Ia mempertanyakan, di mana keadilan dan kewajaran?,” ucap Fu Cong.

Fu mendesak AS untuk mendukung tindakan konkret. "Veto oleh satu anggota tetap tidak dapat menghentikan langkah menuju perdamaian," katanya. Ia berjanji untuk bekerja sama dengan komunitas internasional untuk mengakhiri penderitaan di Gaza.

Utusan Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, juga mengecam veto tersebut dan berterima kasih atas rancangan resolusi yang disebutnya “sangat tepat waktu dan bermanfaat." Ia mengatakan pemungutan suara tersebut menunjukkan siapa yang benar menginginkan perdamaian di Timur Tengah dan yang ingin memainkan permainan politik.

Duta Besar Pakistan, Asim Iftikhar Ahmad, menggambarkan pemungutan suara tersebut sebagai "titik terendah lainnya dalam sejarah Dewan”. Ia berpendapat bahwa veto ini menunjukkan jutaan hidup warga Palestina dapat dikorbankan. "Ini bukan lagi krisis kemanusiaan. Ini adalah keruntuhan kemanusiaan dan hukum internasional," katanya. 

Duta Besar Inggris, Barbara Woodward, menegaskan bahwa situasi di Gaza harus diakhiri. Ia menggambarkan pembatasan bantuan oleh Israel sebagai tindakan yang tidak dapat dibenarkan, tidak proporsional, dan kontraproduktif. 

Woodward menyebut kasus warga Gaza yang terbunuh oleh Israel ketika berusaha mencapai lokasi bantuan yang diizinkan, “ini tidak manusiawi.” Utusan Denmark, Christina Markus Lassen, juga mengatakan negaranya mendukung resolusi tersebut karena "kami yakin sudah waktunya bagi Dewan berbicara dengan satu suara."

(Nada Nisrina)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)