Donald Trump Sebut Putin 'Gila', Kremlin: Terlalu Emosional

Presiden AS, Donald Trump dan Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam pertemuan Helsinki, Juli 2018. (EPA-EFE/Mauri Ratilainen)

Donald Trump Sebut Putin 'Gila', Kremlin: Terlalu Emosional

Riza Aslam Khaeron • 27 May 2025 13:25

Moskow: Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara blak-blakan menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai sosok yang "benar-benar gila" usai serangan udara besar-besaran Rusia ke Ukraina akhir pekan lalu. Pernyataan itu memicu respons cepat dari Kremlin, yang menyebut Trump sedang mengalami "kelebihan beban emosional."

Melansir NBC News, Trump menyampaikan kritik kerasnya pada Sabtu malam, 25 Mei 2025, setelah lebih dari 300 drone dan rudal Rusia menghantam berbagai kota di Ukraina, termasuk Kyiv, dan menewaskan setidaknya 12 orang. Serangan itu menjadi yang terbesar sejak invasi dimulai pada 2022.

"Putin sudah benar-benar gila jika dia pikir bisa menghancurkan seluruh Ukraina dan keluar dari situ tanpa konsekuensi. Upaya ini hanya akan membawa kejatuhan bagi Rusia," ujar Trump dalam konferensi pers.

Trump juga mengkritik Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, menyebut bahwa "Zelenskyy tidak membantu negerinya dengan cara dia berbicara." Ia menekankan bahwa semua pihak seharusnya berusaha keras mencapai gencatan senjata dan mengakhiri pertumpahan darah.

Pernyataan Trump tersebut memicu reaksi dari juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Senin, 26 Mei 2025.

"Kami berterima kasih kepada Presiden Trump karena telah membantu memulai proses negosiasi antara Moskow dan Kyiv, tetapi tampaknya proses itu datang bersamaan dengan kelebihan beban emosional semua pihak," ujar Peskov, dikutip dari NBC News.

Meski mengakui bahwa hubungan pribadi antara Trump dan Putin cukup akrab, Peskov tetap menekankan bahwa Putin saat ini "melakukan apa yang perlu dilakukan demi keamanan Rusia."

Kementerian Pertahanan Rusia juga menyatakan bahwa serangan udara akhir pekan lalu adalah bagian dari pembentukan "zona buffer keamanan" di sepanjang perbatasan, yang diklaim untuk mencegah infiltrasi militan dan aliran senjata ke Ukraina.
 

Baca Juga:
Rusia Serang Ukraina, Trump: Putin Benar-benar Jadi Gila!

Komentar Trump memunculkan pertanyaan baru soal apakah ia akan tetap meneruskan pendekatan akomodatifnya terhadap Putin, mengingat eskalasi terbaru. Selama ini Trump dikenal enggan menyalahkan Rusia secara langsung, bahkan saat Putin memuji dirinya sebagai "pribadi berbakat dan penuh warna" pada 2015. Namun kini, nada yang lebih keras mulai terdengar.

Meskipun belum ada keputusan resmi dari Gedung Putih, Trump mengisyaratkan akan mempertimbangkan sanksi baru terhadap Rusia.

"Saya akan pertimbangkan segala opsi, termasuk sanksi, jika Rusia tidak menunjukkan itikad baik dalam negosiasi damai," ujarnya.

Di Kongres, tekanan untuk bertindak lebih keras terhadap Moskow semakin meningkat. Senator Lindsey Graham dan Richard Blumenthal bahkan menyusun RUU sanksi baru yang disebut sebagai "hard-hitting" (pukulan keras), termasuk rencana tarif hingga 500% bagi negara yang membeli ekspor Rusia jika Kremlin kembali melanggar kesepakatan damai.

Sementara itu, para analis menilai bahwa Rusia kini bersiap meluncurkan ofensif musim panas dengan peningkatan serangan bertahap.

"Serangan besar ini menunjukkan bahwa Rusia bersiap memperluas skala serangan untuk memaksa Ukraina tunduk," ujar Jack Watling, peneliti senior dari Royal United Services Institute di London.

Watling juga mencatat bahwa Moskow percaya waktu berpihak padanya karena Barat semakin terpecah soal strategi dukungan ke Ukraina. Washington dilaporkan sedang mendorong negara-negara NATO untuk mendonasikan lebih banyak sistem pertahanan udara dan persenjataan dari stok militer mereka.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Surya Perkasa)