Asal-usul Coklat Menjadi Tradisi Hari Valentine

Coklat, tradisi Valentine paling terkenal. (Scarlett Alt)

Asal-usul Coklat Menjadi Tradisi Hari Valentine

Riza Aslam Khaeron • 11 February 2025 13:07

Jakarta: Coklat telah menjadi simbol Hari Valentine yang dirayakan setiap tanggal 14 Februari. Namun, bagaimana awal mula coklat menjadi bagian dari tradisi ini? Melansir HISTORY pada Selasa, 11 Februari 2025, hubungan antara coklat dan Hari Valentine dimulai pada abad ke-19.

Tradisi ini berkembang tidak hanya karena cita rasa coklat yang manis, tetapi juga sebagai hasil dari inovasi dan strategi pemasaran.
 

Awal Mula Coklat


Gambar: Suku asli Amerika memasak coklat, abad ke-15. (via Hotel Chocolat)

Pada awalnya, coklat tidak memiliki kaitan dengan romantisme. Coklat, atau "xocolatl" dalam bahasa suku Aztec, awalnya adalah minuman pahit yang dibuat dari biji kakao, dicampur dengan rempah-rempah seperti cabai.

Minuman ini digunakan dalam upacara keagamaan dan dianggap memiliki kekuatan magis. Ketika kakao dibawa ke Eropa pada abad ke-16, coklat mulai diproduksi untuk kalangan elit. Melansir CNN pada 11 Februari 2025, pada masa itu, coklat dianggap sebagai simbol status dan maskulinitas.

Perubahan terjadi selama Revolusi Industri pada abad ke-19 ketika gula menjadi lebih terjangkau. Ini membuat coklat yang sebelumnya hanya dinikmati kalangan kaya menjadi lebih mudah diakses oleh masyarakat umum.

Menurut Charles Feldman, profesor studi makanan di Montclair State University, pada masa ini, coklat mulai dikaitkan dengan feminitas dan kelembutan, nilai-nilai yang dianggap merepresentasikan cinta.
 

Peran Richard Cadbury


Foto: Kotak coklat berbentuk hati, mempopulerkan tradisi coklat di Valentine. (USA Today)

Richard Cadbury, seorang pembuat coklat asal Inggris, memiliki peran besar dalam menghubungkan coklat dengan Hari Valentine. Pada tahun 1861, ia memperkenalkan coklat dalam kotak berbentuk hati yang dihiasi dengan desain mewah.

Melansir HISTORY, kotak-kotak ini dipasarkan sebagai hadiah multifungsi yang dapat digunakan kembali untuk menyimpan kenang-kenangan seperti surat cinta. Strategi ini sangat sukses dan menjadi awal dari tradisi memberikan coklat pada Hari Valentine.

Feldman juga mencatat bahwa pemasaran pada masa itu mulai fokus pada bagaimana coklat dapat menjadi ekspresi cinta. Iklan-iklan ditargetkan untuk pria yang ingin memberikan hadiah spesial kepada pasangan mereka, sekaligus menonjolkan keindahan kemasan sebagai tanda perhatian dan rasa hormat.

Pada abad ke-20, perusahaan coklat Amerika seperti Whitman’s Chocolate turut andil dalam menguatkan hubungan coklat dengan Hari Valentine. Slogan terkenal mereka, "A woman never forgets the man who remembers," (Wanita tidak pernah lupa pria yang ingat) menggambarkan bagaimana coklat dijadikan simbol perhatian untuk lawan jenis.


Foto: Kotak "Secret Lace Heart" masa kini. (Dok. Russell Stover Private Reserve Fine Assorted Chocolates)

Russell Stover, pesaing mereka, kemudian menciptakan desain kotak “Secret Lace Heart” yang mewah dan tetap populer hingga saat ini. Kotak ini menjadi ikon tersendiri karena dihiasi dengan satin dan renda hitam yang elegan, sehingga lebih dikenal sebagai "lingerie box."

Kemasan ini tidak hanya memikat melalui desainnya, tetapi juga menonjolkan sisi sensualitas dan kemewahan, yang pada masa itu menjadi tren populer dalam pemasaran coklat. Strategi ini juga memperkuat hubungan antara coklat dan kesan eksklusif serta romantis dalam perayaan Hari Valentine.
 
Baca Juga:
Sejarah dan Tradisi Hari Valentine: Dari Legenda Santo Hingga Festival Romawi
 

Tradisi Modern dan Pengaruh Global

Coklat terus menjadi simbol cinta di berbagai negara. Di Jepang, misalnya, Hari Valentine memiliki tradisi unik di mana wanita memberikan coklat kepada pria pada 14 Februari, yang kemudian dibalas oleh pria pada Hari Putih tanggal 14 Maret.

Tradisi ini pertama kali diperkenalkan oleh perusahaan coklat pada tahun 1950-an dan telah berkembang menjadi budaya populer di negara tersebut.

Selain itu, di Jepang dikenal berbagai jenis coklat untuk tujuan tertentu, seperti "giri choco" untuk rekan kerja atau kenalan sebagai bentuk kewajiban sosial, dan "honmei choco" yang khusus diberikan kepada seseorang yang memiliki hubungan romantis. Budaya ini tidak hanya memperkuat aspek komersial Hari Valentine tetapi juga memperkaya dinamika sosial.

Di sisi lain, Galentine’s Day, yang diciptakan pada 2010 dari serial televisi "Parks and Recreation," menjadi perayaan persahabatan wanita. Fenomena ini mendorong konsumsi coklat lebih luas, tidak hanya terbatas pada pasangan romantis. Bahkan di Eropa dan Amerika, coklat tetap menjadi hadiah favorit selama musim Valentine.

Coklat juga menjadi hadiah yang mendominasi penjualan di seluruh dunia selama musim Valentine. Megan Giller, penulis Bean-to-Bar Chocolate: America’s Craft Chocolate Revolution, menjelaskan bahwa popularitas coklat selama Hari Valentine juga didorong oleh anggapan bahwa coklat memiliki kualitas afrodisiak, meskipun tidak sepenuhnya terbukti secara ilmiah.

Coklat tidak hanya menjadi simbol manisnya cinta, tetapi juga mencerminkan bagaimana tradisi dapat diciptakan dan berkembang melalui kombinasi inovasi, pemasaran, dan pengaruh budaya. Dari minuman pahit di Mesoamerika hingga hadiah mewah di era modern, coklat telah menjelma menjadi salah satu elemen utama dalam perayaan Hari Valentine di seluruh dunia.

Dengan tambahan kontribusi dari tokoh-tokoh seperti Richard Cadbury dan Whitman, tradisi ini terus berevolusi, menciptakan kenangan manis bagi setiap generasi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Surya Perkasa)