Kilau Harga Emas Diyakini Belum Memudar, Tren Bullish Masih Berlanjut

Emas batangan. Foto: en.trend.az

Kilau Harga Emas Diyakini Belum Memudar, Tren Bullish Masih Berlanjut

Husen Miftahudin • 24 April 2025 11:21

Jakarta: Harga emas (XAU/USD) mengalami tekanan pada perdagangan Rabu kemarin (23/4), setelah terkoreksi lebih dari 2,50 persen emas diperdagangkan di level USD3.288. Koreksi ini terjadi seiring dengan membaiknya selera risiko pasar, didorong oleh meredanya ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok serta pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menyatakan tidak memiliki niat untuk memecat Ketua Federal Reserve Jerome Powell. 

Namun pada pembukaan pasar Kamis (24/4), harga emas kembali menguat dan diperdagangkan di atas USD3.350. Pemulihan ini menunjukkan minat terhadap aset safe haven masih tinggi, terutama di tengah ketidakpastian arah kebijakan suku bunga The Fed dan dinamika geopolitik global.

"Secara teknikal, harga emas masih berada dalam jalur tren naik. Formasi candlestick dan indikator Moving Average menunjukkan sinyal penguatan. Jika tekanan beli terus berlanjut, XAU/USD berpeluang menguji kembali level resistance di USD3.385," kata analis pasar dari Dupoin Indonesia Andy Nugraha, dikutip dari analisis hariannya, Kamis, 24 April 2025.

Ia menambahkan apabila harga mampu menembus level tersebut, potensi kenaikan lanjutan bisa terbuka lebih luas. Namun sebaliknya, jika harga kembali gagal mempertahankan penguatan dan mengalami pembalikan arah (reversal), maka penurunan ke area support terdekat di USD3.300 perlu diwaspadai. Zona harga antara USD3.300 hingga USD3.385 disebut sebagai area krusial yang akan menentukan arah pergerakan emas dalam jangka pendek.

Dari sisi fundamental, laporan dari The Wall Street Journal turut memberikan angin segar bagi pasar emas. Disebutkan Pemerintah AS tengah mempertimbangkan pemotongan tarif terhadap Tiongkok.

Meski Menteri Keuangan Scott Bessent menepis kemungkinan adanya langkah sepihak, sentimen tersebut tetap mendorong harga emas naik pada Kamis pagi. Reaksi pasar mencerminkan kekhawatiran investor terhadap ketidakpastian negosiasi dagang antara dua negara ekonomi terbesar dunia.
 

Baca juga: Harga Emas Dunia Merosot 3%, Balik ke Level USD3.200-an


(Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: dok Bappebti)
 

Bank sentral dunia masih rajin borong emas


Sementara itu, dolar AS juga menunjukkan penguatan tipis, dengan Indeks Dolar (DXY) naik ke level 99,72. Namun, pasar masih memperkirakan kemungkinan pemangkasan suku bunga The Fed dalam beberapa bulan ke depan, dengan ekspektasi penurunan hingga 92 basis poin. Hal ini secara umum tetap mendukung daya tarik emas sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian kebijakan moneter.

Lebih jauh, sentimen jangka menengah terhadap emas juga mendapat dukungan dari pembelian oleh bank-bank sentral dunia. Investor besar seperti John Paulson bahkan menyebut bank sentral akan terus menambah cadangan emas mereka guna mengurangi ketergantungan pada mata uang kertas, terutama dalam kondisi politik dan ekonomi global yang bergejolak.

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor teknikal dan fundamental tersebut, Andy menyimpulkan tren bullish emas masih berpeluang untuk berlanjut. Namun, kehati-hatian tetap diperlukan karena tekanan koreksi jangka pendek belum sepenuhnya mereda.

"Investor disarankan mencermati level-level teknikal utama dan terus memantau perkembangan berita ekonomi global sebagai panduan dalam mengambil keputusan," tutur Andy mengingatkan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)