Paus Fransiskus Kecam ‘Kesombongan Penjajah’ di Palestina

Paus Fransiskus kecam kesombongan penjajah di Palestina. Foto: EFE

Paus Fransiskus Kecam ‘Kesombongan Penjajah’ di Palestina

Fajar Nugraha • 27 November 2024 00:20

Vatikan City: Paus Fransiskus mengecam ‘kesombongan penjajah’ di Palestina dan Ukraina. Paus menambahkan konflik Ukraina dan Palestina yang sedang berlangsung adalah dua kegagalan kemanusiaan.

Paus Fransiskus pada Senin 25 November 2024 memberikan pidato yang menandai peringatan perjanjian damai antara Argentina dan Chili

“Perang di Ukraina dan Palestina sebagai ‘dua kegagalan kemanusiaan’ di mana ‘kesombongan penjajah’ menang atas dialog,” ujar Paus Fransiskus dikutip dari kantor berita Italia ANSA, Selasa 26 November 2024.

Paus juga menuduh beberapa negara ‘munafik’ dan menyerukan perdamaian tetapi menjual senjata.

Sementara Kepala Badan Hak Asasi Manusia PBB Volker Turk pada Selasa menyuarakan keprihatinan "serius" atas eskalasi baru-baru ini di Timur Tengah dan menegaskan kembali seruannya untuk gencatan senjata.

"Berapa banyak lagi nyawa yang harus hilang agar pihak-pihak yang bertikai dapat mengakhiri penderitaan ini?" kata  Turk.

"Satu-satunya cara untuk mengakhiri tragedi bagi orang-orang tak berdosa di semua pihak adalah gencatan senjata permanen dan segera di semua lini; di Lebanon, di Israel, dan tentu saja di Gaza," imbuh Turk.

Turk mengatakan bahwa puluhan orang dilaporkan tewas dalam serangan udara Israel di Lebanon antara 22 dan 24 November, termasuk delapan anak-anak dan 19 wanita, dan menambahkan bahwa sedikitnya tujuh paramedis juga dilaporkan tewas.

Memperhatikan bahwa hampir setengah dari serangan terhadap tim dan fasilitas perawatan kesehatan di Lebanon masing-masing telah menyebabkan sedikitnya satu kematian – proporsi tertinggi dibandingkan dengan konflik aktif lainnya di dunia, ia berkata: "Ini adalah indikasi lain tentang betapa brutalnya perang ini terhadap pekerja kesehatan, dan terhadap warga sipil secara umum."

"Petugas perawatan kesehatan yang secara eksklusif ditugaskan untuk tugas medis harus dihormati dan dilindungi dalam segala situasi. Jika mereka menjadi sasaran seperti itu, ini merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional, dan dapat dianggap sebagai kejahatan perang," imbuh Turk.

Turk meminta Israel untuk "melakukan segala cara" guna memastikan perlindungan penuh bagi staf medis dan meminimalkan korban di antara mereka, serta kerusakan pada infrastruktur kesehatan.

Ia menekankan bahwa aksi militer Israel di Lebanon telah menyebabkan "kerugian besar-besaran terhadap nyawa warga sipil, pengungsian massal, dan penghancuran infrastruktur sipil, sehingga menimbulkan kekhawatiran serius tentang penghormatan terhadap prinsip-prinsip proporsionalitas, pembedaan, dan kehati-hatian."

Israel telah meningkatkan serangan udaranya di Lebanon terhadap apa yang diklaimnya sebagai target Hizbullah sebagai bagian dari perang selama setahun melawan kelompok Lebanon tersebut sejak dimulainya perang Gaza tahun lalu.

Lebih dari 3.760 orang telah tewas dalam serangan Israel di Lebanon, dengan hampir 15.700 orang terluka dan lebih dari satu juta orang mengungsi sejak Oktober lalu, menurut otoritas kesehatan Lebanon.

Israel pada 1 Oktober tahun ini memperluas konflik dengan melancarkan serangan darat ke Lebanon selatan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)