Ilustrasi tambang nikel. Foto: MI
Media Indonesia • 25 January 2024 14:52
Jakarta: Tiga pasang calon presiden dan wakil presiden memastikan bakal melanjutkan agenda hilirisasi produk sumber daya alam Indonesia. Masing-masing paslon juga menyatakan bakal memperluas cakupan hilirisasi sumber daya alam (SDA) dan tak hanya mengandalkan satu produk tertentu.
Dewan Pakar Timnas Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) Wijayanto Samirin mengatakan, pihaknya bakal melanjutkan hilirisasi SDA di Tanah Air. Namun hal yang menjadi catatan ialah agenda itu dilakukan dengan mental super power sembari menuju industrialisasi dalam negeri.
Sebab, menurut dia, hilirisasi yang terjadi saat ini masih bersifat amat terbatas dan Indonesia hanya mendapatkan sedikit keuntungan.
"Kita bisa lihat OPEC, mereka cukup berhati-hati dan memenangkan dirinya sebagai super power, mereka bisa menjaga dan menentukan harga minyak," kata Wijayanto dalam Diskusi Katadata Forum Pascadebat ke-4 Pilpres bertema 'Dilema Hilirisasi Tambang: Dibatasi atau Diperluas' di Jakarta, Kamis, 25 Januari 2024.
Indonesia, lanjut dia, juga bisa serupa dengan OPEC. Apalagi Indonesia memiliki banyak cadangan sumber daya alam yang amat dibutuhkan oleh dunia, nikel dan kelapa sawit, misalnya.
Kontribusi minyak kelapa sawit Indonesia terhadap kebutuhan dunia disebut mencapai 60 persen, sementara nikel Indonesia menyumbang 50 persen dari kebutuhan dunia. Modal itu, kata Wijayanto, harusnya bisa membuat Indonesia menjadi penentu di level global.
Selain itu, agenda hilirisasi yang akan dilakukan oleh kubu AMIN juga berorientasi pada upaya reindustrialisasi. "Dalam visi misi kami, AMIN akan melanjutkan hilirisasi mendorongnya menuju industrialisasi tapi dengan perbaikan-perbaikan, terutama komponen ESG," jelas Wijayanto.
AMIN, lanjutnya, bakal membenahi segala kekurangan hilirisasi nikel yang terjadi saat ini. Sebab, komoditas itu dapat menjadi contoh bagi komoditas-komoditas lain yang akan dihilirisasi ke depan.
Hilirisasi yang bakal dilakukan juga dipastikan akan mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik. "Hanya dengan perbaikan ESG tadi, kita yakin hilirisasi banyak bawa manfaat. Nikel adalah front run, ini harus kita perbaiki, jadi lesson learn. Sehingga apa yang hadir kemudian merupakan versi yang lebih baik dari yang sekarang," tutur Wijayanto.
Baca juga: Hilirisasi Bukan Jawaban atas Semua Masalah