Ilustrasi sawah kekeringan. (MGN/Musdalifah)
Media Indonesia • 20 October 2023 15:15
Kendari: Musim kemarau berkepanjangan disertai fenomena El Nino mengakibatkan sawah seluas 508 hektare di Desa Bou, Kecamatan Labandia, Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara, mengalami puso imbas keringnya air irigasi.
Areal persawahan salah satu andalan penghasil beras atau gabah daerah Koltim tersebut gagal total untuk panen. Jika diperkirakan usia tanam, sudah memasuki masa panen.
"Dari 19 ribu hektare lahan persawahan yang ada di Kabupaten Kolaka Timur, 508 hektare di antaranya yang ada di Desa Bou, Kecamatan Labandia, mengalami puso akibat kekeringan kemarau panjang yang melanda Sulawesi Tenggara, termasuk Koltim," kata Plt Bupati Koltim Abdul Azis, Jumat, 20 Oktober 2023.
Selama ini, para petani di desa ini mengandalkan air irigasi dan air tadah hujan untuk kebutuhan tanaman padi. Namun, kini sudah tidak bisa diharapkan lagi akibat kemarau panjang. Akibatnya, bulir-bulir padi beserta inangnya mulai menguning sebelum waktunya.
Plt Bupati Koltim mengungkapkan di Desa Bou terdapat kurang lebih 1.100 hektare lahan pertanian, sudah terdampak El Nino kurang lebih 508 hektare.
Karena itu, pihaknya bersama dengan dinas atau OPD terkait akan mengambil langkah-langkah meminimalisasi dampak lebih jauh yang ditimbulkan kekeringan.
"Salah satu upaya yang bisa kita lakukan sementara adalah pendistribusian air bersih dan pembuatan sumur bor. Kalau melihat luasan lahan persawahan di sini kurang lebih 1.100 hektare berarti membutuhkan sumur bor kurang lebih 30 titik, sehingga bisa mengaliri persawahan di sini," ungkap Abdul Aziz.
Pada kesempatan ini juga, Orang Nomor Satu di Koltim mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Penjabat (Pj) Gubernur Sultra yang telah menurunkan tim dalam hal ini Kalaksa BPBD Sultra untuk memverifikasi langsung secara faktual kondisi di lapangan akibat kemarau panjang.
"Terima kasih kepada Bapak Gubernur yang sudah menurunkan tim dari BPBD. Ini sudah puso (gagal panen). Jadi kami akan mendata seluruhnya, sehingga ada langkah-langkah strategis untuk memulihkan ekonomi, salah satunya mendata masyarakat terdampak sehingga kita bisa beri bantuan," terang Abdul Aziz.
Kalaksa BPBD Sultra, Muhammad Yusuf, mengaku prihatin atas kondisi kekeringan yang melanda area persawahan di Desa Bou, Kecamatan Lambandia, Kolaka Timur. BPBD Sultra siap membantu Pemda untuk mengatasi permasalahan yang terjadi akibat kemarau panjang.
Langkah-langkah penanganan sementara, kata dia, dengan mendata keseluruhan dampak kekeringan. Karena ini sudah termasuk bencana alam, semua pihak harus ikut terlibat dalam penanganan.
"Tadi Bupati bilang sumur bor. Kita akan melihat apakah dengan sumur bor bisa menyelesaikan persoalan. Kami akan terus membantu tinggal melihat seberapa banyak sumur bor yang akan kita berikan disesuaikan dengan kondisi keuangan. Tandon juga sangat dibutuhkan masyarakat," tutur dia.
Menurut Yusuf, saat ini yang paling mendesak adalah pendistribusian air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, bantuan tandon air, saluran irigasi, dan bantuan bibit tanaman padi pengganti, serta kompensasi atas kehilangan pekerjaan.
"Bantuan-bantuan itu yang disampaikan masyarakat kepada kami, ataupun yang disampaikan oleh kelompok-kelompok tani yang ada di sini (Desa Bou). Namun yang paling mendesak adalah pendistribusian air bersih dan tandon air, dua ini yang harus diselesaikan lebih dulu," jelasnya.