Bank Sentral Jepang akan Kurangi Pembelian Obligasi

Ekonomi Jepang. Foto: Unsplash.

Bank Sentral Jepang akan Kurangi Pembelian Obligasi

Arif Wicaksono • 30 July 2024 20:38

Tokyo: Bank of Japan (BOJ) berencana mengurangi pembelian obligasi dalam jumlah besar dan membahas waktu kenaikan suku bunga berikutnya pada Rabu, 31 Juli 2024. Hal ini menunjukkan tekadnya untuk secara bertahap menghentikan stimulus moneter besar-besaran selama satu dekade.
 

baca juga:

Indeks Inflasi Jepang Melambat


Keputusan tersebut muncul saat Federal Reserve AS berupaya untuk memangkas suku bunga, pada September, membalikkan siklus kenaikan suku bunga agresif yang mendorong dolar naik dan menyebabkan aksi jual yen.

"BOJ dapat bergerak ke arah mana pun. Jika ingin menaikkan suku bunga sekarang, dapat dikatakan konsumsi akan pulih karena upah yang lebih tinggi," kata Ekonom Eksekutif senior di Dai-ichi Life Research Institute.Yoshiki Shinke, dilansir Channel News Asia, Selasa, 30 Juli 2024.

"Jika ingin bermain aman, dapat menunggu lebih banyak data. Apa pun itu, prospek konsumsi memegang kuncinya," tegas dia.

Sementara BOJ bersikeras tidak menggunakan kebijakan moneter untuk memengaruhi pergerakan mata uang untuk mengubur meningkatnya kekhawatiran atas yen yang lemah telah mendorong beberapa seruan dari pemerintah dan pemimpin bisnis agar bank sentral mempercepat peralihannya dari suku bunga mendekati nol.

Pada pertemuan dua hari yang berakhir Rabu, BOJ akan memutuskan rencana pengetatan kuantitatif (QT) yang kemungkinan akan mengurangi separuh pembelian obligasi bulanan dalam waktu satu hingga dua tahun.

Dewan BOJ juga akan berdebat apakah akan menaikkan suku bunga jangka pendek dari 0 ke 0,1 persen, yang dapat menjadi keputusan yang sulit karena para pembuat kebijakan masih terpecah tentang berapa lama mereka harus meneliti data sebelum mengambil tindakan.

Lebih dari tiga perempat ekonom yang disurvei oleh Reuters pada 10-18 Juli memperkirakan BOJ akan tetap pada pendiriannya. Investor pasar uang memperkirakan peluang kenaikan suku bunga sebesar 10 bps adalah 64 persen. Keputusan BOJ akan diambil beberapa jam sebelum keputusan Fed, yang kemungkinan akan mempertahankan suku bunga sebelum memangkasnya paling cepat pada September.

Perekonomian Jepang berada pada titik balik dengan inflasi inti bertahan di atas target BOJ sebesar dua persen selama lebih dari dua tahun dan para pekerja mendapatkan kenaikan gaji pokok terbesar dalam tiga dekade.

Kenaikan biaya hidup

Namun, kenaikan biaya hidup telah merugikan konsumsi, mendorong ekonomi mengalami kontraksi pada kuartal pertama dan menimbulkan keraguan mengenai daya tahan konsumsi rumah tangga untuk menanggung kenaikan harga.

Namun, dengan inflasi yang menjaga biaya pinjaman riil tetap rendah, BOJ kemungkinan akan mengabaikan tanda-tanda mereka berada di jalur yang tepat untuk kenaikan suku bunga yang stabil hingga 2026.

Petunjuk atau arahan mengenai jalur kenaikan suku bunga di masa mendatang kemungkinan besar akan diperoleh dari pengarahan pascapertemuan Gubernur Kazuo Ueda atau laporan prospek triwulanan yang akan dirilis setelah pertemuan.

Dalam laporan tersebut, BOJ kemungkinan akan mempertahankan proyeksi yang dibuat pada bulan April bahwa inflasi akan tetap berada di sekitar target dua persen dalam beberapa tahun mendatang, menurut sumber Reuters.

Ueda mengatakan bank sentral akan menaikkan suku bunga lebih lanjut jika yakin kenaikan upah akan menopang inflasi jasa, dan menjaga inflasi tetap berada di sekitar target dua persen.

Ekonomi melemah

Namun ekonomi Jepang berhadapan dengan pengeluaran rumah tangga secara tak terduga turun pada Mei dan sentimen sektor jasa memburuk ke level yang belum pernah terlihat dalam hampir dua tahun.

Mantan anggota dewan BOJ Takahide Kiuchi, yang saat ini menjadi ekonom di Nomura Research Institute menjelaskan faktor-faktor mendasar yang mendorong pergerakan harga tidak terlalu kuat.

"Saya tidak melihat bukti yang mendukung pandangan BOJ, inflasi yang didorong oleh permintaan terus meningkat hingga mencapai dua persen." jelas dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)