Pelemahan Rupiah Tidak Mencerminkan Kondisi Ekonomi Dalam Negeri

Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi.

Pelemahan Rupiah Tidak Mencerminkan Kondisi Ekonomi Dalam Negeri

Fetry Wuryasti • 17 April 2024 13:47

Jakarta: Ketidakberdayaan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memberikan dampak negatif terhadap ekonomi dalam negeri. Pelemahan ini akan menurunkan daya saing industri khususnya industri yang memperoleh bahan baku impor, karena meningkatnya biaya operasional.

Di sisi lain, pelemahan rupiah juga akan berpotensi menambah kecemasan pihak lainnya dalam mitigasi risiko terhadap eksposur risiko besar nilai tukar yang berimbas pada perekonomian dalam negeri.

Depresiasi rupiah sejalan dengan tekanan eksternal, dimana para pelaku pasar keuangan masih ragu terhadap sikap The Fed AS yang akan menurunkan suku bunga acuan Fed Fund Rate dalam waktu dekat atau masih mempertahankan suku bunga tersebut.

"Keraguan tersebut memunculkan sikap pelaku pasar yang kompak untuk menjual asetnya ke dalam bentuk kurs dolar AS," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus, Rabu, 17 April 2024.

Sejauh ini, Bank Indonesia menyampaikan akan terus mengintervensi demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dengan melakukan intervensi melalui pasar spot dan non-deliverable forward (DNDF) domestik.

Bank Indonesia juga akan meningkatkan daya tarik aset rupiah untuk mendorong arus modal masuk. Hal tersebut akan dilakukan melalui daya tarik Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan hedging cost.
 

Baca juga: Rupiah Terperosok Masuk ke Level Rp16.200/USD
 

Jaga stabilitas moneter-fiskal


Seiring dengan upaya tersebut, BI juga akan terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk menjaga stabilitas moneter dan fiskal.

"Kami berpendapat pelemahan rupiah saat ini tidak mencerminkan kondisi perekonomian di dalam negeri. Sebab masalah utamanya adalah kondisi geopolitik global yang tak menentu dan menyebabkan berkurangnya ekspektasi pemangkasan tingkat suku bunga AS dalam waktu dekat," kata Nico.

Sebetulnya, ungkap Nico, kondisi perekonomian dalam negeri Indonesia masih cukup kokoh. Oleh sebab itu, perhatian perusahaan yang memiliki eksposur besar dalam bisnis impor tentunya akan memberikan tekanan kepada kinerja perusahaan.

Di satu sisi, perusahaan yang memiliki eksposur besar dalam bisnis ekspor, tentu akan diuntungkan dengan pelemahan rupiah seperti sekarang ini.

"Rupiah saat ini terlihat sedang menuju level terendahnya dalam kurun waktu empat tahun terakhir, kala itu Indonesia melakukan lockdown pertama kalinya, yang membuat rupiah menyentuh Rp16.575 terhadap USD," kata Nico.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)