Ilustrasi BBM bersubsidi. Foto: MI/Ramdani.
Media Indonesia • 17 April 2024 16:48
Jakarta: Pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi meminta pemerintah bersikap logis dalam menentukan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi di tengah tingginya harga minyak mentah dunia akibat konflik Iran-Israel.
Fahmy menyebut konflik tersebut berpotensi menaikan harga minyak dunia. Alasannya, lokasi konflik berada di sekitar Selat Hormuz yang menjadi jalur vital perdagangan global. Jika selat itu ditutup, jalur supply chain minyak dunia akan terganggu dan menghambat pasokan minyak.
Adapun, harga minyak dunia akan melambung tinggi. Pada perdagangan Rabu, 17 April 2024, minyak dunia acuan Brent naik 0,11 persen di level USD90,08 per barel.
Dalam kondisi ketidakpastian harga minyak dunia saat ini, pemerintah diharapkan jangan melempar janji kepada rakyat dengan menjamin bahwa harga BBM subsidi tidak dinaikkan hingga Juni 2024.
"Pemerintah jangan menjadi pemberi harapan palsu (PHP). Sebaiknya mengambil keputusan realistis soal BBM. Kalau harga minyak dunia di atas USD100 per barel, harga BBM subsidi sebaiknya dinaikkan," ungkap Fahmy dalam keterangan resmi, Rabu, 17 April 2024.
Sebagai net-importer, kenaikan harga minyak dunia sudah pasti akan berpengaruh terhadap harga BBM di Indonesia, bahkan berpotensi di atas asumsi ICP (Indonesian Crude Price) APBN 2024 yang ditetapkan sebesar USD82 per barrel.
Baca juga: Pemerintah Punya Dua Opsi Tangani Kenaikan Harga Minyak, Apa Itu? |