Puluhan perempuan Sudan di El-Fasher diduga mengalami pemerkosaan usai RSF menguasai kota tersebut. (Anadolu Agency)
Muhammad Reyhansyah • 17 November 2025 11:08
El-Fasher: Sebuah kelompok medis Sudan melaporkan 32 kasus pemerkosaan terhadap perempuan yang melarikan diri dari El-Fasher dalam sepekan, sementara kota di wilayah barat tersebut masih berada di bawah kendali pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF).
Menurut pernyataan Sudan Doctors Network pada Minggu, 16 November 2025, sebagian korban diperkosa di dalam El-Fasher setelah penguasaan kota oleh RSF, sementara lainnya diserang saat berupaya melarikan diri menuju Kota Tawila di dekatnya.
Dikutip dari Anadolu Agency, Senin, 17 November 2025, organisasi itu mengecam tindakan tersebut sebagai “pelanggaran jelas terhadap hukum humaniter internasional dan merupakan kejahatan perang serta kejahatan terhadap kemanusiaan.”
Tindakan tersebut, lanjut pernyataan itu, “menggambarkan tingkat kekacauan dan kekerasan sistematis yang dihadapi perempuan dan anak perempuan di wilayah yang dikuasai RSF, di tengah ketiadaan perlindungan dan tidak adanya akuntabilitas.”
Kelompok medis tersebut menyatakan RSF bertanggung jawab penuh dan menyerukan investigasi internasional yang independen dan mendesak, perlindungan segera bagi penyintas dan saksi, serta akses tanpa hambatan bagi tim medis dan kemanusiaan untuk memberikan perawatan, pengobatan, serta dukungan psikologis dan legal.
Konflik antara militer Sudan dan RSF yang meletus pada April 2023 telah menewaskan sedikitnya 40.000 orang dan membuat 12 juta lainnya mengungsi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia.
Bulan lalu, RSF merebut El-Fasher, ibu kota Darfur Utara, dan dituduh melakukan pembantaian. Kelompok tersebut kini menguasai seluruh lima negara bagian Darfur dari total 18 negara bagian di Sudan, sementara militer memegang kendali atas sebagian besar 13 negara bagian lainnya, termasuk Khartoum.
Wilayah Darfur mencakup sekitar seperlima wilayah Sudan, namun mayoritas dari 50 juta penduduk negara itu tinggal di wilayah yang dikuasai militer.
Baca juga: PBB: Penderitaan Pengungsi Sudan Tak Terbayangkan, Separuhnya Anak-Anak