Puing-puing bangunan di kawasan Al-Zaytun, Gaza, 12 Februari 2025. EFE/EPA/MOHAMMED SABER
Riza Aslam Khaeron • 29 October 2025 13:54
Jakarta: Serangan udara Israel yang menewaskan sedikitnya 30 orang di Jalur Gaza pada Selasa malam, 28 Oktober 2025, menjadi puncak dari rangkaian pelanggaran gencatan senjata yang dituduhkan terhadap Tel Aviv.
Menurut laporan media Palestina dan konfirmasi dari Hamas, serangan ini terjadi setelah pasukan IDF ditembaki di Rafah dan menyusul batalnya penyerahan jenazah sandera yang sebelumnya dijanjikan oleh Hamas. Militer Israel menyatakan bahwa aksi ini merupakan balasan atas "serangan teroris" dan pelanggaran terhadap kesepakatan pengembalian jenazah.
Ini bukan pertama kalinya Israel dituduh melanggar kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku sejak 10 Oktober 2025. Dalam beberapa minggu terakhir, berbagai insiden di lapangan menunjukkan bahwa situasi di Gaza jauh dari stabil.
Meski gencatan secara formal belum dibatalkan, eskalasi kekerasan terus terjadi—mulai dari penembakan hingga pembatasan akses bantuan kemanusiaan.
Berikut adalah daftar pelanggaran gencatan senjata oleh Israel sejak kesepakatan diberlakukan pada 10 Oktober 2025:
Penembakan terhadap warga sipil (14 Oktober 2025)
Lima warga Palestina tewas ditembak oleh pasukan IDF di wilayah Gaza timur. Israel menyatakan mereka merespons pergerakan mencurigakan, namun laporan lokal menyebut para korban tidak bersenjata.
Pembunuhan satu keluarga di Gaza (17 Oktober 2025)
Sebanyak 11 anggota satu keluarga tewas ketika kendaraan mereka dihantam peluru kendali di Zeitoun. Serangan ini terjadi di zona yang disebut aman dalam peta gencatan. Media internasional menyebutnya sebagai pelanggaran paling mematikan sejauh ini.
Serangan udara di Bureij, Gaza dan Khan Younis (19 Oktober 2025)
IDF melancarkan gelombang serangan udara yang menewaskan sedikitnya 26 orang. Israel menyatakan bahwa mereka merespons serangan terhadap pasukannya, namun banyak korban merupakan warga sipil.
Penghentian bantuan dan penutupan Rafah (sejak 20 Oktober 2025)
Bantuan kemanusiaan sempat dihentikan. Penutupan perlintasan Rafah dan hambatan distribusi bantuan dinilai sebagai pelanggaran terhadap klausul akses kemanusiaan dalam kesepakatan.
Serangan terarah terhadap komandan Hamas (25 Oktober 2025)
Israel melancarkan serangan udara terarah di Gaza tengah terhadap tokoh Hamas. Meskipun ditujukan pada target militer, pihak Hamas menyebut serangan tersebut sebagai pelanggaran. Status insiden ini masih diperdebatkan oleh AS dan Israel.
Serangan udara besar setelah insiden Rafah (28 Oktober 2025)
Israel meluncurkan serangan udara ke berbagai titik di Gaza, termasuk dekat RS Shifa dan Deir al-Balah. Sedikitnya 30 orang dilaporkan tewas. Serangan dilakukan setelah insiden penembakan terhadap pasukan IDF dan batalnya penyerahan jenazah sandera.
Perluasan zona kendali IDF (29 Oktober 2025)
Netanyahu dilaporkan memerintahkan perluasan wilayah kendali militer di Gaza. Langkah ini disebut sebagai respons atas pelanggaran oleh Hamas, namun dilakukan tanpa koordinasi dengan mediator dan belum dikonfirmasi secara resmi oleh kantornya.
| Baca Juga: Trump Bela Israel Setelah Pelanggaran Gencatan Senjata |
Penembakan terhadap pasukan IDF di Rafah (19 Oktober 2025)
Israel menyebut pejuang Hamas melepaskan tembakan rudal antitank (ATGM) dan senjata ringan ke arah pasukan IDF di Rafah. Hamas membantah keterlibatan. Insiden ini memicu serangan balasan dari Israel.
Dugaan rekayasa pemulihan jenazah sandera di depan ICRC (27 Oktober 2025)
Komite Palang Merah mengeluarkan kecaman langka atas proses pemulihan jenazah yang dianggap direkayasa. Israel menuding Hamas memalsukan lokasi penemuan jenazah Ofir Tzarfati di depan petugas ICRC.
Penundaan penyerahan jenazah sandera (27–28 Oktober 2025)
Sayap bersenjata Hamas menunda penyerahan jenazah yang sebelumnya dijadwalkan, dikarenakan serangan udara oleh Israel yang dilakukan atas tuduhan pelanggaran senjata pembunuhan tentara mereka oleh Hamas.
Serangan terhadap prajurit IDF di Rafah (28 Oktober 2025)
Israel mengeklaim pasukannya ditembaki oleh "pelaku teror" di Rafah yang menyebabkan satu prajurit cadangan tewas. Hamas membantah bertanggung jawab dalam serangan tersebut.
Identitas jenazah yang menyesatkan
Setelah Hamas menyerahkan sisa jenazah sandera, diketahui bahwa identitasnya tidak sesuai dengan korban yang dimaksud. Netanyahu memerintahkan serangan balasan, sementara forum keluarga sandera menuduh Hamas menahan informasi tentang 13 jenazah yang masih belum dikembalikan.
Penyalahgunaan akses pencarian jenazah (klaim media Israel, belum terverifikasi)
Channel 12 melalui laporan Times of Israel menyebut Hamas menggunakan izin pencarian jenazah untuk mengambil senjata di wilayah yang dikendalikan IDF. Klaim ini belum diverifikasi secara independen dan dibantah oleh Hamas.
Situasi di Gaza pasca-gencatan senjata 10 Oktober 2025 menunjukkan bahwa meskipun ada kesepakatan resmi, pelanggaran demi pelanggaran terus terjadi dari kedua belah pihak. Israel dan Hamas saling menuduh melanggar komitmen. Baik dalam bentuk serangan langsung, manipulasi informasi, maupun tindakan sepihak di lapangan.
Ketegangan ini menegaskan rapuhnya perjanjian damai yang ada. Ketika berita ini disusun, masih belum jelas status keberlangsungan dan tata pelaksanaan gencatan senjata tahap kedua.