Askrindo melakukan penandatanganan Letter of Acceptance untuk pengembangan asuransi pertanian. Foto: Dok istimewa
Eko Nordiansyah • 23 October 2025 17:55
Denpasar: Perubahan iklim merupakan tantangan global yang semakin mendesak dengan dampak luas, termasuk sektor pertanian. Menurut data BPS, dampak perubahan iklim membuat penurunan produksi padi di Indonesia sebesar 1,55 persen dari 53,98?juta?ton menjadi 53,14?juta?ton pada 2024.
Dampak ini secara langsung memengaruhi kesejahteraan petani yang menjadi tulang punggung ketahanan pangan lndonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya mitigasi dan adaptasi yang terintegrasi, salah satunya melalui pengembangan asuransi pertanian bagi petani.
Untuk itu PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), Anggota Holding Asuransi dan Penjaminan Indonesia Financial Group (IFG), menggandeng PT Tugu Insurance melalui skema co-insurance berbasis teknologi Agritech. Askrindo juga mendorong penguatan literasi serta inklusi asuransi petani.
Direktur Bisnis Askrindo, Budhi Novianto mengatakan, asuransi pertanian merupakan solusi penting untuk memitigasi risiko yang dihadapi petani, seperti menjaga arus kas dan mempercepat pemulihan pascabencana. Namun, skema asuransinya harus dibedakan dengan asuransi konvensional.
“Askrindo hadir dengan pembaruan konsep produk asuransi pertanian agar sesuai dengan keadaan dan adaptif terhadap pola risiko yang berubah atas perubahan iklim, seperti skema asuransi pertanian berbasis indeks atau parametrik yang memungkinkan pembayaran otomatis berbasis data,” kata dia dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 23 Oktober 2025.
Baca Juga :

(Ilustrasi. Foto: Dok MI)
Tidak seperti asuransi konvensional berbasis indemnity yang membutuhkan verifikasi langsung di lahan sebelum klaim dibayarkan, asuransi pertanian berbasis parametric memungkinkan pembayaran klaim secara otomatis berdasarkan indikator tertentu sehingga proses klaim menjadi lebih cepat dan efisien.
“Skema ini juga menghilangkan kebutuhan verifikasi per individu petani, sehingga proses pencairan klaim menjadi lebih cepat dan biaya administrasi dapat ditekan. Meski demikian, skema ini tetap mengandung risiko yang perlu dikelola melalui perancangan indeks yang tepat serta penggunaan data berkualitas tinggi,” tambah Budhi.
Askrindo menawarkan solusi asuransi adaptif melalui implementasi sistem berbasis teknologi, inovasi mencakup penyederhanaan, dan digitalisasi proses, pengembangan model hybrid atau parametrik, peningkatan literasi dan edukasi petani, optimalisasi kemitraan distribusi, serta integrasi dengan program pemerintah dan swasta.
“Harapannya, skema co-asuransi pertanian berbasis teknologi ini diharapkan dapat mendukung visi pemerintahan Kabinet Merah Putih yang tercantum dalam misi Asta Cita serta program-program prioritas lainnya. Kami optimis inisiatif ini akan mempermudah implementasi asuransi pertanian dan memperluas jangkauannya,” tutup Budhi.