Pemerintahan Trump Ancam Tinggalkan Israel jika Perang Tetap Berlanjut

Benjamin Netanyahu (Kiri) dan Donald Trump (Kanan). (EPA)

Pemerintahan Trump Ancam Tinggalkan Israel jika Perang Tetap Berlanjut

Riza Aslam Khaeron • 20 May 2025 11:03

Washington DC: Presiden Amerika Serikat Donald Trump dikabarkan mengancam akan mencabut dukungan terhadap Israel jika perang di Gaza terus berlanjut tanpa batas waktu.

"Orang-orang Trump memberi tahu Israel, 'Kami akan meninggalkan kalian jika kalian tidak mengakhiri perang ini'," ucap ?narasumber anonim yang terlibat dalam pembicaraan tingkat tinggi di Timur Tengah, Mengutip The Washington Post, Selasa, 20 Mei 2025.

Ancaman ini muncul setelah Trump melakukan tur ke Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab, namun sengaja mengecualikan Israel dari agendanya.

Dalam pernyataan publiknya saat berada di kawasan Teluk, Trump berkata, "Banyak orang kelaparan," mengacu pada krisis kemanusiaan yang semakin parah di Gaza.

Dalam video yang dirilis pada Senin, 19 Mei 2025, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa Israel akan melanjutkan serangan besar-besaran untuk mengambil alih seluruh wilayah Gaza.

Namun, ia juga menambahkan bahwa "kami tidak bisa mencapai titik kelaparan, karena alasan praktis dan diplomatik," mengakui bahwa tekanan dari negara-negara sekutu, termasuk AS, sudah semakin kuat.

Netanyahu menyebut bahwa para sahabat terdekat Israel, termasuk para politisi AS, mengatakan kepadanya bahwa mereka tetap mendukung, tetapi tidak bisa "menahan gambar-gambar kelaparan massal."

Langkah Netanyahu untuk mengizinkan masuknya bantuan "minimal" ke Gaza disebut sebagai respons atas tekanan tersebut. Inggris, Kanada, dan Prancis bahkan mengeluarkan peringatan keras agar Israel mencabut blokade dan menghentikan ofensif, atau mereka akan mengambil "langkah konkret".
 

Baca Juga:
Donald Trump: Saya Tidak Tahu Apakah Netanyahu Bisa Selamatkan Sandera
 

Penyangkalan dari Pemerintahan Trump

Pemerintah AS membantah keras bahwa ancaman itu resmi datang dari Gedung Putih. Mengutip The Times of Israel pada Selasa, 20 Mei 2025,

Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt menyatakan, "Presiden telah dengan sangat jelas menyatakan bahwa ia ingin konflik di wilayah itu segera berakhir."

"Presiden bergerak secepat mungkin dan bekerja keras untuk mengakhiri konflik di Israel dan Gaza, juga perang Rusia-Ukraina," lanjut Leavitt. Ia menegaskan bahwa Trump juga telah menyampaikan langsung kepada Hamas bahwa semua sandera harus segera dibebaskan.

Sementara itu, Duta Besar AS untuk Israel Mike Huckabee menyebut laporan The Washington Post sebagai "omong kosong."

"Mereka harus mendengarkan apa yang dikatakan Presiden, bukan apa yang dikarang oleh 'narasumber' yang tidak tahu apa-apa," ujarnya kepada Ynet.

Seorang pejabat senior AS juga mengatakan kepada The Times of Israel bahwa meskipun terdapat perbedaan pendapat antara Washington dan Tel Aviv, "gagasan bahwa kami akan meninggalkan Israel adalah hal yang konyol."

Trump sendiri tidak secara langsung menanggapi isu ancaman tersebut, namun dalam pidatonya di Kennedy Center Board Dinner pada Senin malam di Gedung Putih, ia kembali menegaskan bahwa prioritasnya adalah mengakhiri konflik bersenjata di Timur Tengah dan membebaskan semua sandera.

Netanyahu pun mencoba menyeimbangkan antara tuntutan domestik dan tekanan internasional. Dalam pernyataannya, ia menyebut bahwa bantuan yang masuk ke Gaza akan didistribusikan melalui mekanisme baru yang dikelola oleh kontraktor swasta AS dan bukan oleh lembaga-lembaga PBB. Tujuannya, kata dia, adalah agar bantuan tidak jatuh ke tangan Hamas.

Namun, lebih dari dua puluh negara donor menolak skema baru itu karena dianggap mengancam independensi kemanusiaan dan mempolitisasi bantuan.

"Bantuan kemanusiaan tidak boleh dipolitisasi, dan wilayah Palestina tidak boleh dikurangi atau diubah secara demografis," bunyi pernyataan bersama negara-negara donor, dikutip The Washington Post, Selasa, 20 Mei 2025.

PBB juga memperingatkan bahwa Gaza saat ini dalam "risiko kelaparan besar-besaran". Pada Senin sore, hanya lima truk bantuan yang berhasil masuk, termasuk makanan bayi, yang menurut koordinator darurat PBB Tom Fletcher hanyalah "setetes air di lautan."

Kondisi ini memperburuk krisis kemanusiaan yang telah menewaskan lebih dari 53.300 warga Gaza dalam 19 bulan perang. Netanyahu tetap bersikukuh untuk tidak menarik pasukan dan menyatakan bahwa penguasaan penuh atas Gaza adalah tujuan final, meskipun negosiasi gencatan senjata masih berlangsung di Doha.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Surya Perkasa)