Ilustrasi. Foto: Freepik.
Husen Miftahudin • 10 December 2025 10:30
Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD) bergerak melemah pada awal sesi Asia Rabu, 10 Desember 2025, diperdagangkan di sekitar level USD4.210 setelah sempat mencatat penguatan pada sesi sebelumnya. Pelemahan ini terjadi di tengah kewaspadaan pasar menjelang keputusan kebijakan Federal Reserve (Fed) yang akan diumumkan malam ini.
Para pelaku pasar menilai Fed kemungkinan masih akan memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya secara berturut-turut, namun dengan nada kebijakan yang cenderung hawkish. Ekspektasi tersebut menjadi salah satu faktor yang menekan pergerakan emas menjelang rilis keputusan penting tersebut.
Menurut analisis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha, emas sebenarnya masih menunjukkan kecenderungan bullish setelah pada Selasa berhasil naik 0,57 persen, memantul kuat dari level terendah harian di USD4.170 hingga mencapai area USD4.213.
Andy menjelaskan laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat yang solid mendukung penguatan tersebut, namun data itu juga tidak cukup kuat untuk menggagalkan rencana Fed dalam melonggarkan suku bunga. Kondisi ini membuat emas tetap menarik secara teknikal meskipun tekanan korektif sempat muncul pada perdagangan hari ini.
Dari sudut pandang teknikal, Andy melihat kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average menunjukkan penguatan tren bullish yang cukup jelas pada XAU/USD. Momentum kenaikan masih terjaga, terutama setelah harga mampu bertahan di atas area support kuat yang terbentuk pada kisaran USD4.170.
"Meskipun demikian, arah pergerakan emas hari ini sangat bergantung pada hasil rapat FOMC dan pernyataan Ketua Fed Jerome Powell, yang dikhawatirkan akan memberikan sinyal jeda untuk pemangkasan suku bunga berikutnya," papar Andy.
.jpg)
(Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: dok Bappebti)
Emas berpotensi melanjutkan kenaikan
Andy memprediksi apabila tekanan beli kembali menguat setelah keputusan Fed, emas berpotensi melanjutkan kenaikan menuju area resistance berikutnya di sekitar level USD4.256. Area ini menjadi titik pantau penting bagi pelaku pasar karena penembusan konsisten di atasnya dapat membuka peluang bagi kenaikan lebih tinggi.
Namun sebaliknya, apabila harga justru mengalami tekanan jual setelah pernyataan Fed dan gagal mempertahankan dominasi bullish, emas berpotensi terkoreksi kembali menuju area USD4.177. Jika level ini ditembus, tekanan penurunan dapat berlanjut lebih dalam sebelum menemukan dukungan baru.
Sementara itu, faktor fundamental global turut memengaruhi pergerakan emas. Probabilitas pemangkasan suku bunga oleh Fed kini mencapai hampir 90 persen berdasarkan CME FedWatch Tool, meningkat tajam dibanding awal bulan. Meskipun pelonggaran kebijakan biasanya mendukung emas, para analis meyakini bahwa Powell kemungkinan akan memberikan sinyal kebijakan yang lebih konservatif ke depan.
Mantan Direktur Urusan Moneter The Fed Bill English bahkan menyebut pemangkasan suku bunga kali ini kemungkinan menjadi bentuk 'hawkish cut', yaitu pemotongan suku bunga yang disertai pesan Fed mungkin sudah selesai memangkas suku bunga untuk sementara waktu. Skenario ini tentu menjadi tekanan tambahan bagi emas yang tidak menghasilkan imbal hasil.
Di tengah sentimen campuran ini, permintaan emas dari bank-bank sentral memberi dukungan fundamental jangka panjang. Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) tercatat menambah cadangan emasnya selama 13 bulan berturut-turut, dengan peningkatan 30 ribu troy ons pada November. Namun di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah AS yang tetap tinggi di 4,178 persen dan penguatan dolar AS ke level 99,26 menjadi hambatan bagi kenaikan emas dalam jangka pendek.
"Dengan berbagai faktor tersebut, emas berpotensi bergerak volatil menjelang keputusan The Fed. Namun secara keseluruhan, tren bullish yang terbentuk sebelumnya masih memberi peluang bagi emas untuk kembali menguat apabila sinyal dari Fed tidak se-hawkish yang dikhawatirkan pasar," ungkap Andy.