Ilustrasi pertikaian. (Medcom.id)
Willy Haryono • 15 September 2024 16:57
Enga: Setidaknya 20 orang tewas dan ratusan perempuan dan anak-anak mengungsi setelah empat hari terjadi bentrokan antara dua suku yang tinggal di dekat tambang emas Porgera di Provinsi Enga, Papua Nugini.
Pertikaian tersebut diyakini dimulai setelah ketegangan antara para penambang ilegal.
Melansir dari rnz.co.nz, Minggu, 15 September 2024, kekerasan semakin meningkat pada Sabtu malam ketika salah satu suku menyerang suku lain yang tinggal paling dekat dengan lokasi tambang. Beberapa orang lagi tewas dalam serangan itu.
Seorang anggota senior komunitas Porgera, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan: "Tingkat kekerasan ini belum pernah terjadi sebelumnya. Orang-orang dibunuh secara acak dan unsur-unsur kriminal telah menguasai kota."
Beberapa bangunan dibakar saat serangan balasan berlanjut pada Minggu pagi. Operasi di tambang Porgera telah ditangguhkan.
Pekerja di tambang diperintahkan masuk ke lapangan squash tambang demi keselamatan, dengan banyak yang menyatakan takut akan keselamatan mereka.
Perempuan dan anak-anak yang paling dekat dengan tambang melarikan diri ke area kamp yang menampung pekerja lokal. Puluhan orang lainnya mencari perlindungan di Mountain Lodge, sebuah motel di dekat lokasi tambang. Sementara beberapa lainnya diangkut dengan truk ke lokasi yang jauh dari bentrokan.
Saat ini ada 122 personel keamanan di lapangan, termasuk anggota regu bergerak dan pasukan Pertahanan PNG.
Pengacara dan pemimpin masyarakat, Lakis Ruing, mengatakan bahwa personel polisi dan militer kalah jumlah dan tidak mampu menahan pertempuran secara memadai.
"Kami butuh kepemimpinan. Kami butuh pemerintah untuk mengirim lebih banyak polisi dan militer untuk meredakan pertempuran,” ujar Ruing
Pada Sabtu malam, Komisaris Polisi Papua Nugini David Manning mengeluarkan perintah darurat untuk mengizinkan penggunaan kekuatan, serta polisi tambahan untuk melindungi "infrastruktur penting" dan penduduk yang "diteror serta diserang para penambang ilegal.”
"Stasiun Porgera dinyatakan sebagai area terlarang bagi semua orang yang bukan penduduk. Jam malam berlaku antara pukul 6 pagi hingga 8 pagi di seluruh Lembah Porgera dan ini akan diberlakukan tanpa kecuali," kata komisaris.
"Kami tidak akan menerima terorisme seperti itu oleh mereka yang menyusup ke lembah Porgera,” sambungnya.
Baca juga: Papua Nugini Sebut 2.000 Warga Dilaporkan Terkubur Akibat Longsor