Ilustrasi. Foto: dok MI.
Husen Miftahudin • 17 January 2024 16:08
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan, meski Bank Indonesia (BI) telah menahan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate di level 6,00 persen untuk periode Januari 2024.
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 17 Januari 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp15.643 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 50 poin atau setara 0,32 persen dari posisi Rp15.592 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, Gubernur Fed Christopher Waller mengisyaratkan pendekatan hati-hati terhadap penurunan suku bunga dan mengatakan ketahanan ekonomi AS saat ini kemungkinan akan menunda potensi penurunan suku bunga.
"Komentarnya mengirim dolar ke level tertinggi dalam satu bulan, dan juga memicu lonjakan tajam dalam imbal hasil Treasury, dengan tingkat suku bunga 10-tahun melewati angka empat persen," ungkap Ibrahim.
Isyarat ekonomi AS lainnya menunggu karena para pedagang memangkas perkiraan penurunan suku bunga di Maret. Pasar sekarang fokus pada data produksi industri dan penjualan ritel Desember, yang akan dirilis pada Rabu.
Setiap tanda-tanda kekuatan ekonomi AS, khususnya belanja konsumen, memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama.
Pedagang terlihat sedikit mengurangi taruhan mereka terhadap penurunan suku bunga bank sentral pada Maret, menurut alat CME Fedwatch. Pasar melihat peluang 62,8 persen untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin, turun dari 66,1 persen yang terlihat sehari sebelumnya.
Baca juga: Suku Bunga Acuan BI Masih di Level 6,00%
Suku bunga Bank Indonesia
Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan (BI-Rate) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Januari 2024 di level 6,00 persen. Keputusan menahan suku bunga ini seiring dengan fokus kebijakan moneter yang pro stabilitas.
Selain itu, ini merupakan langkah
pre emptive dan
forward looking untuk memastikan inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran tiga persen plus minus satu persen pada 2023 dan 2,5 persen plus minus satu persen pada 2024.
"Ada beberapa alasan BI mempertahankan suku bunga acuannya. Di antaranya, ketidakpastian global masih tetap tinggi," jelas Ibrahim.
Tekanan inflasi di negara maju terutama Amerika Serikat (AS) yang berlanjut menimbulkan ketidakpastian terkait dengan arah
suku bunga kebijakan global ke depan. Tercatat, inflasi AS pada Desember 2023 mencapai 3,4 persen secara tahunan, naik dari 3,1 persen pada November 2023.
"Penurunan harga energi global, tertahan akibat eskalasi konflik di Timur Tengah, terutama terkait gangguan di Laut Merah," papar dia.
Sementara itu, perkembangan ekonomi terus menunjukkan ketahanan. Tingkat inflasi misalnya, terkendali dan tercatat rendah sebesar 2,61 persen pada akhir 2023.
Di sisi sektor eksternal, surplus perdagangan Indonesia bertahan hingga akhir 2023, yakni pada Desember mencapai USD3,3 miliar, naik dari USD2,4 miliar pada bulan sebelumnya.
Berlanjutnya surplus perdagangan tersebut berhasil mendukung cadangan devisa yang mencapai USD146,4 miliar pada akhir 2023. Oleh karena itu, nilai tukar rupiah berhasil menguat sebesar 1,11 persen dari akhir 2022 menjadi Rp15.397 per USD pada akhir 2023.
Sementara itu, pada pekan kedua Januari 2024, rupiah cenderung bergerak sideways di kisaran Rp15.400 per USD hingga Rp15.600 per USD.
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan ditutup melemah.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.630 per USD hingga Rp15.690 per USD," tutup Ibrahim.