Analis: Emas Masih dalam Tren Bullish Meski Ada Potensi Koreksi

Ilustrasi, harga emas dunia. Foto: Unsplash.

Analis: Emas Masih dalam Tren Bullish Meski Ada Potensi Koreksi

Husen Miftahudin • 21 August 2024 10:34

Jakarta: Harga emas hari ini diprediksi akan melanjutkan tren kenaikan, meskipun ada sedikit penurunan yang mungkin terjadi pada awal sesi perdagangan.

"Harga emas akan tetap bergerak dalam pola bullish. Faktor utama yang mendorong tren kenaikan ini adalah kondisi ekonomi global yang tidak stabil, yang membuat investor cenderung memilih emas sebagai aset safe haven," ucap analisis Dupoin Andrew Fischer, dikutip dari analisis harian, Rabu, 21 Agustus 2024.

Menurut Fischer, dalam analisis teknikalnya menjelaskan, grafik menunjukkan tren emas masih mengarah ke atas, dan meskipun ada sedikit penurunan. Ini dianggap sebagai bagian dari fluktuasi normal dalam tren yang lebih besar.

Ia menambahkan, dalam jangka pendek, harga emas mungkin akan mengalami sedikit konsolidasi sebelum melanjutkan kenaikannya. Ini sejalan dengan analisis trendline yang menunjukkan setiap kali emas mengalami koreksi, harga cenderung naik lebih tinggi setelahnya.

"Ini adalah pola yang berulang dan bisa dimanfaatkan oleh para trader yang ingin memaksimalkan keuntungan mereka," kata Fischer.

Faktor eksternal juga turut mendukung prediksi kenaikan harga emas. Saat ini, emas diperdagangkan di sekitar USD2.515 per ons selama awal sesi Asia pada Rabu, 21 Agustus 2024.

Dolar AS yang melemah menjadi salah satu alasan utama yang mendukung kenaikan harga emas. Melemahnya dolar dipicu oleh ekspektasi Federal Reserve (The Fed) kemungkinan akan memangkas suku bunga pada September.

The Fed diperkirakan akan mengumumkan kebijakan moneter yang lebih longgar pada simposium Jackson Hole yang akan datang, dengan pasar memperhitungkan sekitar 67,5 persen peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin.
 
"Jika The Fed memberikan sinyal dovish melalui pidato Ketua The Fed Jerome Powell pada Jumat, ini dapat semakin memperkuat posisi emas sebagai aset yang menarik," tutur Fischer.
 

Baca juga: Harga Emas Dunia Menguat, Curi Keperkasaan Dolar AS
 

Ketegangan politik makin bikin emas berkilau


Selain itu, lanjut Fischer, ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung di Timur Tengah juga menjadi faktor yang mendorong permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.

Konflik yang berkepanjangan di kawasan tersebut sering kali membuat investor mencari perlindungan dalam bentuk logam mulia, yang kemudian berdampak pada kenaikan harga emas.

Namun, Fischer juga mengingatkan ada beberapa faktor yang bisa membatasi kenaikan harga emas, terutama permintaan fisik dari Tiongkok.

Data terbaru menunjukkan impor emas Tiongkok pada Juli turun sebesar 24 persen menjadi 44,6 ton, level terendah dalam lebih dari dua tahun terakhir.

"Perekonomian Tiongkok yang lesu, serta penurunan permintaan fisik, dapat menjadi faktor penghambat bagi kenaikan harga emas," terang dia.

Secara keseluruhan, analisis yang dilakukan Fischer mengindikasikan harga emas hari ini masih berpotensi melanjutkan tren kenaikannya, meskipun mungkin ada sedikit koreksi harga di awal sesi perdagangan.

"Melemahnya dolar AS dan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed, ditambah dengan ketegangan geopolitik, memberikan dukungan kuat bagi harga emas," tutup Fischer.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)