Sudan Tuduh RSF Bunuh Kepala Media Pemerintah Beserta Saudaranya

Direktur kantor Badan Berita Sudan (SUNA), Taj Al-Sir Ahmed Suleiman. (Sudan Tribune)

Sudan Tuduh RSF Bunuh Kepala Media Pemerintah Beserta Saudaranya

Riza Aslam Khaeron • 29 November 2025 18:50

Khartum: Direktur kantor Badan Berita Sudan, Sudan News Agency (SUNA) di Kota El-Fasher, Taj Al-Sir Ahmed Suleiman, dilaporkan tewas dibunuh bersama saudaranya di dalam rumahnya, sementara sejumlah pekerja media ditahan dan dibawa ke Nyala, Darfur Selatan.

Melansir Middle East Monitor yang mengutip Anadolu Agency, Sabtu, 29 November 2025, pemerintah Sudan menuduh pelaku pembunuhan dan penahanan sewenang-wenang itu adalah milisi paramiliter Rapid Support Forces (RSF).

Menteri Penerangan Sudan Khalid Al-Ayesir menyatakan bahwa Taj Al-Sir dan saudaranya dibunuh di kediaman keluarga di lingkungan Al-Daraja, El-Fasher, setelah kota itu dikuasai RSF. Ia menjelaskan, sebelum ditemukan tewas, Taj Al-Sir sempat dinyatakan hilang sejak milisi pemberontak memasuki kota tersebut.

“(Taj Al-Sir) tetap teguh memegang nilai-nilai dan prinsip profesinya dalam keadaan yang paling sulit, hingga saat kematiannya, setelah ia dinyatakan hilang menyusul masuknya milisi pemberontak ke kota,” ujar Al-Ayesir, dikutip dari Middle East Monitor yang mengutip Anadolu Agency, 28 November 2025.

Al-Ayesir menambahkan bahwa RSF tidak hanya diduga membunuh pimpinan kantor berita pemerintah di El-Fasher, tetapi juga menciduk sejumlah jurnalis dan pekerja media lainnya.

Mereka disebut dibawa secara paksa ke pusat-pusat penahanan milisi di Kota Nyala, ibu kota Darfur Selatan, tanpa kejelasan kondisi maupun jumlah pasti yang ditahan.

“Saya berharap rekan-rekan yang ditahan dan dinyatakan hilang, yang dibawa milisi ke pusat-pusat penahanannya di Nyala, segera dibebaskan,” ujar Al-Ayesir dalam pernyataan yang sama.
 

Baca Juga:
Utusan Trump Bantah Tuduhan Keberpihakan dalam Upaya Perdamaian Sudan

Menteri Penerangan itu juga menggunakan peristiwa ini untuk menyerukan tekanan internasional guna melindungi jurnalis di Sudan.

Ia menegaskan bahwa komunitas global tidak boleh diam ketika pekerja media menjadi sasaran kekerasan di tengah perang berkepanjangan.

“Organisasi-organisasi internasional yang peduli terhadap perlindungan jurnalis harus menunaikan tanggung jawab mereka dalam menindaklanjuti kasus ini, melindungi pekerja media, dan memastikan keselamatan mereka,” ujar Al-Ayesir, dikutip dari laporan yang sama.

Hingga pukul 13.20 GMT pada hari pernyataan itu dirilis, RSF belum mengeluarkan komentar publik mengenai tuduhan pembunuhan terhadap Taj Al-Sir maupun penahanan para jurnalis. Tidak ada keterangan resmi dari pihak milisi terkait apa yang sebenarnya terjadi di rumah Taj Al-Sir maupun di fasilitas penahanan di Nyala.

Sejak menguasai kota El-Fasher pada bulan Oktober, RSF dituduh oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia lokal dan internasional melakukan pembantaian terhadap warga sipil.

Konflik antara pemerintah Sudan dan RSF meletus pada April 2023. Sejak saat itu, ribuan orang dilaporkan tewas dan jutaan lainnya terpaksa mengungsi, baik ke wilayah lain di Sudan maupun melintasi perbatasan menuju negara-negara tetangga sementara upaya mediasi internasional gagal berulang kali untuk mengakhiri perang.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Willy Haryono)