Patung Ki Hadjar Dewantara di Museum Dewantara Kirti Griya (DKG), Yogyakarta. (Dok. Dinas Kebudayaan Yogyakarta)
Riza Aslam Khaeron • 30 April 2025 13:58
Jakarta: Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati setiap tanggal 2 Mei sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam dunia pendidikan Indonesia. Momen ini menjadi refleksi bersama atas pentingnya pendidikan dalam membentuk karakter dan masa depan bangsa.
Pada tahun ini, peringatan Hardiknas jatuh pada Jumat, 2 Mei 2025. Tema yang diangkat oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi adalah: "Partisipasi Semesta, Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua", yang merefleksikan semangat kolaboratif untuk menghadirkan pendidikan berkualitas dan merata di seluruh Indonesia.
Berikut penjelasan sejarah dan makna temanya.
Latar Sejarah Penetapan Hardiknas
Melansir laman UNISBANK Semarang dan Info Hukum UMSU, Hardiknas pertama kali ditetapkan oleh pemerintah pada tahun 1948, sebagai penghormatan kepada Ki Hajar Dewantara, tokoh pelopor pendidikan nasional.
Tanggal 2 Mei dipilih karena bertepatan dengan hari lahir beliau, yaitu 2 Mei 1889. Melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 316 Tahun 1959, tanggal tersebut kemudian ditegaskan sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Ki Hajar Dewantara dikenal luas karena mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922, sebuah lembaga pendidikan yang membuka akses belajar bagi kaum pribumi di tengah penjajahan kolonial Belanda.
Filosofi pendidikannya yang terkenal yakni: Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani—mengajarkan bahwa seorang guru atau pemimpin pendidikan harus menjadi teladan, penggerak, dan pemberi dorongan.
Makna Tema Hardiknas 2025
Melansir akun Instagram Ditjen GTKPG Kemdikdasmen RI, tema tahun ini adalah "Partisipasi Semesta, Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua" menekankan pentingnya kolaborasi seluruh elemen masyarakat—pemerintah, sekolah, guru, orang tua, dunia usaha, media, dan komunitas lokal—dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Partisipasi semesta dianggap sebagai kunci agar tidak ada satupun anak Indonesia yang tertinggal. Ketika dunia usaha memberikan beasiswa dan pelatihan, orang tua ikut aktif mendampingi, dan teknologi dimanfaatkan secara bijak, maka sistem pendidikan Indonesia akan tumbuh secara inklusif dan relevan.
Refleksi dan Relevansi
Dalam konteks tantangan masa kini seperti kesenjangan akses, digitalisasi, dan perubahan sosial, peringatan Hardiknas menjadi pengingat bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Momentum ini bukan hanya seremoni tahunan, melainkan panggilan untuk memperkuat peran masing-masing dalam memajukan pendidikan.
"Pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya," tulis Ki Hajar Dewantara dalam bukunya "Dasar-dasar Pendidikan" tahun 1936.
Kutipan ini memperkuat bahwa setiap anak memiliki potensi yang harus dikembangkan melalui dukungan semua pihak.
Peringatan Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei 2025 dengan tema “Partisipasi Semesta, Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua” mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk aktif dalam mewujudkan sistem pendidikan yang merata, adil, dan bermutu.
Kolaborasi lintas sektor bukan hanya idealisme, melainkan keniscayaan untuk membentuk generasi emas Indonesia di masa depan.