Rupiah Ambruk 0,29% di Rabu Pagi

Ilustrasi. Foto: dok MI.

Rupiah Ambruk 0,29% di Rabu Pagi

Husen Miftahudin • 8 January 2025 10:20

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami pelemahan.

Mengutip data Bloomberg, Rabu, 8 Januari 2025, rupiah hingga pukul 10.50 WIB berada di level Rp16.190 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 48 poin atau setara 0,29 persen dari Rp16.142 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, komentar dari Gubernur Fed Lisa Cook juga turut membantu dolar AS memangkas penurunan, yang mengatakan Fed mampu bersikap hati-hati dengan pemotongan suku bunga lebih lanjut mengingat ekonomi yang berada pada pijakan yang kokoh dan inflasi yang lebih kuat dari yang diharapkan.

"Berbagai pembuat kebijakan Fed dijadwalkan untuk berbicara minggu ini, dan kemungkinan akan menggemakan komentar terbaru dari pejabat Fed lainnya masih ada kebutuhan untuk memerangi tingkat inflasi yang membandel," jelas Ibrahim.

Selain itu, Washington Post melaporkan para pembantu Trump sedang menjajaki rencana yang akan menerapkan tarif ke setiap negara - tetapi hanya pada sektor-sektor yang dianggap penting bagi keamanan nasional atau ekonomi AS, meredakan kekhawatiran tentang pungutan yang lebih keras dan lebih luas.

Trump menyangkal rencana untuk mengenakan tarif yang kurang ketat Trump, membantah laporan Washington Post pemerintahannya hanya akan menargetkan impor penting dengan tarif perdagangan. Presiden terpilih telah berjanji untuk mengenakan tarif impor yang tinggi untuk lebih jauh mendominasi perdagangan AS, terutama atas Tiongkok.

Namun, laporan dan komentar Trump memicu ketidakpastian yang meningkat atas kebijakan Trump terhadap perdagangan global. Dolar merosot ke level terendah dalam satu minggu setelah laporan tersebut, tetapi berhasil menutup sebagian besar kerugiannya.
 

Baca juga: Habis Tergelincir, Dolar AS Menguat Lagi
 

Pasar respons positif RI gabung BRICS


Ibrahim mengungkapkan, pasar merespons positif bergabungnya Indonesia ke dalam kelompok BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) merupakan langkah strategis yang dapat meningkatkan posisi tawar Indonesia di kancah global. Khususnya,  di mata OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development).

"Indonesia merupakan kekuatan ekonomi potensial di Asia, potensi itu harus di unlock dengan lebih berani mengambil sikap. Keputusan bergabung BRICS justru akan meningkatkan posisi tawar Indonesia di mata OECD yang selama ini seolah diposisikan tidak setara dengan negara lain," sebut dia.

Terkait dedolarisasi yang menjadi salah satu agenda BRICS, fenomena ini akan terjadi secara alami seiring menurunnya dominasi ekonomi Amerika Serikat (AS). Peran ekonomi AS di dunia, meskipun akan tetap penting, cenderung menurun akibat munculnya kekuatan baru seperti China, India, Rusia, Brasil, Meksiko, atau bahkan Indonesia.


(Ilustrasi. Foto: MI/Susanto)

Tren dedolarisasi akan lebih banyak terjadi dalam konteks perdagangan antar anggota BRICS, seperti yang telah diterapkan China dan Rusia dengan menggunakan mata uang lokal untuk 90 persen transaksi ekspor-impor mereka. Namun, untuk terciptanya mata uang alternatif global atau sistem transfer pengganti SWIFT kemungkinan sangat sulit.

"Keanggotaan Indonesia di BRICS untuk membuka peluang kerja sama di berbagai bidang, seperti teknologi, ketahanan pangan, dan perubahan iklim. Dan ini merupakan langkah strategis untuk memperluas pengaruh dan memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional," papar Ibrahim.

Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan melemah.

"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.130 per USD hingga Rp16.200 per USD," jelas Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)