Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Adam Dwi.
Husen Miftahudin • 15 January 2025 09:48
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan.
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 15 Januari 2025, rupiah hingga pukul 09.27 WIB berada di level Rp16.303 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 33 poin atau setara 0,21 persen dari Rp16.270 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.302 per USD, melemah sebanyak 43 poin atau setara 0,26 persen dari Rp16.259 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan melemah.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.260 per USD hingga Rp16.320 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
(Ilustrasi. Foto: dok MI)
Optimistis ekonomi RI tumbuh 5,1%
Pemerintah meyakini ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,1 persen pada 2024, karena mampu menjaga pertumbuhan ekonomi pada tingkat yang solid sebesar 4,95 persen (
year on year) pada triwulan III-2024 yang mencerminkan ketahanan dan daya saing ekonomi.
Selain itu, indikator sektor riil juga menunjukan angka positif, di antaranya, PMI Manufaktur yang tetap ekspansif di level 51,2, dengan permintaan domestik yang kuat, dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga terus optimis yakni pada Desember 2024 adalah 127,7, serta Indeks Penjualan Riil (IPR) juga tumbuh positif.
"Di samping itu,
pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2024 juga terdongkrak oleh beberapa kebijakan dan kegiatan ekonomi yang lebih bergeliat di akhir tahun, yaitu menjelang Natal dan Tahun Baru lalu seperti program mudik gratis, diskon harga tiket pesawat," terang Ibrahim.
Dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi tetap bagus, kata dia, pemerintah telah mengeluarkan juga berbagai paket stimulus ekonomi yang telah dirilis di akhir 2024 lalu, seperti bantuan pangan/beras, diskon listrik 50 persen untuk dua bulan, PPN DTP properti dan otomotif, serta insentif PPh Pasal 21 DTP untuk sektor padat karya.
Salah satu modal yang dimiliki Indonesia adalah potensi kelas menengah yang besar, sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Jumlah kelas menengah Indonesia sangat signifikan, dengan proporsi mencapai 66,35 persen dari total penduduk.
"Jadi, pemerintah secara konsisten memberi dukungan untuk kelas menengah melalui berbagai program seperti subsidi, insentif pajak, dukungan akses pembiayaan usaha, serta peningkatan kapasitas SDM," terang Ibrahim.