Ilustrasi rupiah. Foto: MI/Adam Dwi
Annisa Ayu Artanti • 14 January 2025 15:48
Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada sore ini terpantau positif. Rupiah mampu melibas dolar AS meskipun tipis.
Melansir data
Bloomberg, Selasa, 14 Januari 2025, rupiah menguat 13 poin atau 0,08 persen menjadi Rp16.270 per USD.
Sementara itu, berdasarkan data
Yahoo Finance, rupiah menguat sembilan poin atau 0,06 persen menjadi Rp16.260 per USD.
Indeks dolar AS melemah
Dolar AS tengah mengalami pelemahan ada perdagangan hari ini. Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi menilai pelemahan itu didorong oleh spekulasi para pedagangan terhadap dampak dari tarif perdagangan yang direncanakan Presiden terpilih Donald Trump.
Selain itu, para pedagang juga tengah menunggu lebih banyak isyarat tentang suku bunga AS dari data inflasi utama yang akan dirilis minggu ini.
"Tim Trump sedang mempersiapkan rencana untuk penerapan tarif perdagangan secara bertahap dalam beberapa bulan mendatang," jelas Ibrahim.
.jpeg)
Ilustrasi rupiah dan dolar AS. Foto: MI/Susanto
Rencana tersebut dijelaskannya, akan melibatkan kenaikan tarif antara dua persen hingga lima persen setiap bulan. Kebijakan itu akan memberi pengaruh dalam negosiasi perdagangan.
"Namun, hal ini sebagian besar diimbangi oleh kekhawatiran tarif juga akan menjadi faktor inflasi yang lebih tinggi, sehingga suku bunga tetap bertahan lebih lama," tutur dia.
Trump berjanji mengenakan tarif impor yang tinggi
Ibrahim juga menyampaikan Trump telah berjanji untuk mengenakan tarif impor yang tinggi sejak hari pertama menjabat sebagai presiden, dengan janji bea masuk sebesar 60 persen terhadap Tiongkok menjadi perhatian utama.
Di sisi lain, para pelaku pasar juga tengah fokus pada data inflasi indeks harga konsumen untuk Desember, yang akan dirilis Rabu. Data itu diharapkan dapat memberikan lebih banyak petunjuk tentang suku bunga.
"Inflasi yang tinggi dan kekuatan di pasar tenaga kerja diharapkan dapat memberi Federal Reserve lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi. Itu tren yang menjadi pertanda buruk bagi aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas dan logam lainnya," beber dia.