Trump Disebut Izinkan Serangan Besar-Besaran Israel di Gaza, 413 Orang Tewas

Billboard Partai Likud Israel tunjukkan Netanyahu dan Trump jabat tangan. (bharianmy/via Middle East Monitor)

Trump Disebut Izinkan Serangan Besar-Besaran Israel di Gaza, 413 Orang Tewas

Riza Aslam Khaeron • 18 March 2025 18:59

Washington DC: Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memberikan "lampu hijau" kepada Israel untuk melanjutkan serangan militer ke Gaza setelah Hamas menolak untuk membebaskan lebih banyak sandera.

Melansir The Times of Israel (ToI) pada Selasa, 18 Maret 2025, seorang pejabat Israel mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa Israel telah memberi tahu Gedung Putih sebelum melanjutkan serangan di Gaza.

Serangan yang berlangsung sepanjang malam tersebut menewaskan setidaknya 413 warga Palestina, termasuk anak-anak, menurut data dari Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas. Sebanyak 660 orang lainnya dilaporkan terluka dalam serangan ini.

Israel menyebut "penolakan berulang Hamas" untuk membebaskan sandera Israel sebagai alasan untuk melanjutkan serangan. Hamas bersikeras mempertahankan ketentuan dari kesepakatan gencatan senjata yang ditandatangani pada 19 Januari 2025, yang mencakup penarikan penuh Israel dari Gaza dan penghentian permanen perang sebagai imbalan atas pembebasan sandera yang masih hidup.

Namun, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menolak untuk menegosiasikan fase kedua dari kesepakatan tersebut. Netanyahu bersikeras bahwa perang tidak akan berakhir sampai kemampuan militer dan pemerintahan Hamas dihancurkan.

Gedung Putih menyatakan dukungan terhadap operasi militer Israel, meskipun sebagian besar komunitas internasional mengecam tindakan tersebut. Rusia memperingatkan tentang "spiral eskalasi" di Gaza setelah serangan ini.

"Peningkatan ketegangan ini menciptakan kekhawatiran bagi kami," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kepada wartawan.
 

Baca Juga:
Hamas: AS Bertanggungjawab Penuh Atas Pembantaian di Gaza

China melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri, Mao Ning, menyatakan "keprihatinan mendalam" atas situasi di Gaza dan meminta semua pihak untuk "menghindari tindakan yang dapat memperburuk situasi" dan "mencegah bencana kemanusiaan yang lebih besar."

Turki mengecam serangan Israel ke Gaza sebagai "tahap baru dalam kebijakan genosida terhadap Palestina." Kementerian Luar Negeri Turki mendesak komunitas internasional untuk mengambil sikap tegas dalam menekan Israel agar menghentikan serangan dan memastikan bantuan kemanusiaan dapat disalurkan ke Gaza.

Kementerian Luar Negeri Mesir juga mengecam serangan tersebut, menyebutnya sebagai "pelanggaran serius" terhadap gencatan senjata yang telah disepakati. "Serangan ini merupakan eskalasi berbahaya yang mengancam stabilitas di kawasan," ujar pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Mesir.

Kelompok pemberontak Houthi di Yaman yang didukung Iran menyatakan bahwa mereka akan meningkatkan serangan terhadap Israel di Laut Merah sebagai respons atas serangan ke Gaza. "Kami mengutuk agresi Zionis terhadap Gaza," kata Dewan Politik Tertinggi Houthi dalam pernyataan resminya.

"Rakyat Palestina tidak akan dibiarkan sendirian dalam pertempuran ini, dan Yaman akan terus memberikan dukungan serta meningkatkan langkah-langkah konfrontasi," tambahnya.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), António Guterres, menyatakan keterkejutannya atas pembaruan serangan Israel ke Gaza. "Kami menyerukan agar bantuan kemanusiaan segera dilanjutkan dan semua sandera yang masih ditahan Hamas dibebaskan tanpa syarat," ujar Guterres.

Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Tepi Barat dan Gaza, Muhannad Hadi, menyebut gelombang serangan udara ini sebagai tindakan yang "tidak dapat diterima."

"Serangan udara terus terjadi di seluruh Jalur Gaza sejak dini hari… Ini tidak bisa dibiarkan. Gencatan senjata harus segera diberlakukan kembali," kata Hadi.

Hampir seluruh Gaza kini hancur setelah 15 bulan konflik yang dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika ribuan militan Hamas menyerang komunitas Israel di dekat Gaza, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik 251 sandera ke Gaza.

Sebagai respons, Israel melancarkan kampanye militer besar-besaran yang telah menewaskan lebih dari 48.000 orang Palestina, menurut otoritas kesehatan Palestina. Israel mengklaim telah membunuh sekitar 20.000 militan Hamas dalam pertempuran hingga Januari 2025 dan 1.600 militan di dalam Israel pada 7 Oktober.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Surya Perkasa)