Ilustrasi bahaya dan ancaman hipotermia, penyebab kematian Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono meninggal dalam perjalanan turun dari puncak Gunung Carstensz. Foto: Pixabay
Jakarta: Kabar duka datang dari dunia pendakian gunung Nusantara. Dua pendaki perempuan Indonesia, Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono meninggal dunia akibat hipotermia dalam perjalanan turun dari puncak Gunung Carstensz pada Jumat, 28 Februari 2025.
Keduanya meninggal saat berusaha menaklukan gunung tertinggi di Indonesia yang terkenal dengan cuaca ekstremnya. Kematian keduanya diduga kuat disebabkan hipotermia, kondisi ketika suhu tubuh turun drastis di bawah normal.
Kejadian ini mengingatkan bahaya hipotermia, terutama bagi para pendaki yang kerap menghadapi cuaca dingin dan perubahan iklim yang tak terduga.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hipotermia menjadi salah satu penyebab kematian utama di daerah dingin atau pada korban bencana alam. Di Indonesia, meskipun beriklim tropis, kasus hipotermia kerap terjadi pada pendaki gunung, seperti yang dialami Lilie dan Elsa.
Artikel ini akan membahas hipotermia secara mendalam, mulai dari pengertian, bahaya, penyebab, hingga cara mencegahnya.
Apa Itu Hipotermia?
Hipotermia merupakan kondisi ketika suhu tubuh turun drastis di bawah 35 derajat Celcius, di bawah suhu normal tubuh manusia yang berkisar antara 36,5 derajat Celcius hingga 37,5 derajat Celcius. Menurut WHO, hipotermia terjadi ketika tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas. Kondisi ini mengganggu fungsi organ vital seperti jantung, sistem saraf, dan pernapasan.
Kementerian Kesehatan Indonesia menjelaskan bahwa hipotermia dapat terjadi dalam tiga tingkatan:
Hipotermia ringan (suhu tubuh 32-35°C)
Gejalanya termasuk menggigil, kulit pucat, dan kesulitan berbicara.
Hipotermia sedang (suhu tubuh 28-32°C)
Gejalanya meliputi penurunan kesadaran, detak jantung melambat, dan napas pendek.
Hipotermia berat atau akut (suhu tubuh di bawah 28°C)
Kondisi ini dapat menyebabkan koma, gagal jantung, dan kematian.
Bahaya Hipotermia
Hipotermia bukanlah kondisi yang bisa dianggap sepele. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam
Journal of Clinical Medicine (2021), hipotermia berat dapat menyebabkan:
Gangguan jantung: Detak jantung tidak teratur hingga henti jantung.
Kerusakan otak: Kurangnya aliran darah dan oksigen ke otak dapat menyebabkan kerusakan permanen.
Kematian: Jika tidak ditangani segera, hipotermia dapat berakibat fatal dan merenggut nyawa.
WHO mencatat bahwa kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan orang dengan kondisi kesehatan kronis lebih berisiko mengalami komplikasi serius akibat hipotermia.
Penyebab Hipotermia
Hipotermia dapat terjadi karena beberapa faktor, antara lain:
Paparan cuaca dingin
Berada di lingkungan dengan suhu rendah tanpa perlindungan yang memadai, seperti pendaki gunung atau korban bencana alam.
Tubuh basah dan terpapar angin
Kombinasi pakaian basah dan angin kencang dapat mempercepat hilangnya panas tubuh.
Kondisi medis tertentu
Penyakit seperti diabetes, hipotiroidisme, dan malnutrisi dapat meningkatkan risiko hipotermia.
Mengonsumsi alkohol
Kepercayaan mengongsumsi alkohol dapat Menurut sebuah studi yang dipublikasikan dalam
Journal of Physiology (2016) berjudul
The effects of alcohol on thermoregulation and metabolism in cold environments oleh peneliti VS Kox dan tim, alkohol menyebabkan pembuluh darah di kulit melebar (vasodilatasi) sehingga memberikan sensasi hangat sementara.
Namun, efek ini justru mempercepat hilangnya panas tubuh karena darah yang hangat dialirkan ke permukaan kulit, di mana panas tersebut mudah terlepas ke lingkungan. Akibatnya, suhu inti tubuh menurun dan meningkatkan risiko hipotermia.
Penelitian lain yang dimuat dalam
The Lancet (2000) berjudul
Alcohol and cold exposure: A dangerous combination oleh peneliti JD French dan tim juga menyoroti bahaya konsumsi alkohol di daerah dingin. Studi tersebut menemukan bahwa alkohol mengganggu kemampuan tubuh untuk menggigil, yaitu mekanisme alami tubuh untuk menghasilkan panas saat kedinginan. Selain itu, alkohol dapat memengaruhi penilaian seseorang, membuat mereka kurang waspada terhadap tanda-tanda hipotermia, seperti menggigil atau kelelahan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah lama memperingatkan bahaya konsumsi alkohol di lingkungan dingin. Dalam laporan WHO tahun 2020 berjudul
Alcohol and hypothermia: Risks and prevention, dijelaskan bahwa alkohol tidak hanya meningkatkan risiko hipotermia tetapi juga dapat menyebabkan dehidrasi, yang memperburuk kondisi tubuh saat terpapar cuaca ekstrem.
Cara Mencegah Hipotermia
Mencegah hipotermia lebih baik daripada mengobati. Berikut beberapa langkah pencegahan yang direkomendasikan WHO dan Kementerian Kesehatan Indonesia:
1. Kenakan Pakaian Berlapis
Gunakan pakaian yang dapat menahan panas, seperti jaket tebal, sarung tangan, dan topi.
2. Hindari menggunakan pakaian basah dan terpapar angin
Segera ganti pakaian basah dan cari tempat berlindung dari angin kencang.
3. Persiapkan diri saat beraktivitas di alam
Bawa perlengkapan darurat seperti selimut termal dan makanan berkalori tinggi saat mendaki atau berlayar.
4. Jaga asupan makanan dan minuman
Konsumsi makanan dan minuman hangat untuk membantu tubuh mempertahankan suhu normal.
5. Hindari Alkohol
Alkohol dapat meningkatkan risiko hipotermia dengan mempercepat hilangnya panas tubuh.
Hipotermia merupakan kondisi serius yang membutuhkan penanganan cepat dan tepat. Dengan memahami penyebab, bahaya, dan cara mencegahnya, kita dapat mengurangi risiko terjadinya hipotermia. Terutama saat beraktivitas di lingkungan yang berpotensi dingin.
Kementerian Kesehatan Indonesia mengimbau masyarakat untuk selalu memeriksa kondisi cuaca dan mempersiapkan diri dengan baik sebelum melakukan aktivitas di alam terbuka. Masyarakat diharap dapat menikmati kegiatan
outdoor tanpa khawatir akan ancaman hipotermia.