Kepala Desk Korkam Metro TV Munfadli. Foto: Metrotvnews.com/Arga Sumantri
Jakarta: Munfadli menerima tim Metrotvnews.com dengan hangat di ruang kerjanya, Kompleks Media Group, Kedoya, Jakarta Barat. Dengan nada tenang, Munfadli berbagi cerita perjalanan 25 tahun kariernya di Metro TV.
Munfadli masih ingat betul masuk dalam rombongan pertama karyawan Metro TV yang resmi masuk pada 14 Agustus 2000. Sebelum itu, rangkaian tes sudah dilewati, mulai wawancara, tes teknis, bahasa Inggris, dan lainnya.
"Saya melamar sebagai kameraman," ujar Munfadli mengawali obrolan ringan soal perjalanan 25 tahun Metro TV bersama Metrotvnews.com.
Munfadli dan anggota rombongan karyawan baru lainnya menjalani pelatihan selama sebulan di Hotel Seraton Media. Selaiknya media massa baru, kata dia, semua hal masih serba meraba, sistemnya juga masih belum tersusun dengan baik.
Munfadli bergabung dengan Metro TV berbekal pengalamannya menjadi kameraman. Meskipun, di televisi swasta sebelumnya, Munfadli bukan sebagai kameraman untuk liputan pemberitaan.

Munfadli (paling kanan) saat meliput Olimpiade Athena pada 2004. Istimewa.
Serba trial and error di awal Metro TV berdiri
Munfadli bilang, semuanya serba baru di awal perjalanan Metro TV. Sistemnya belum terorganisasi dengan baik, manajemen peliputan juga belum ada. Terlebih, banyak juga yang tergolong baru bekerja di televisi. "Masih
trial and error."
Para kameraman kala itu dituntut kreatif dan berinisiatif merekam banyak dokumentasi sebagai stock shoot. Segala ide yang tiba-tiba mencuat langsung dieksekusi.
Ya paling cerita-cerita menarik kita kan masih istilahnya itu kan orang baru semua ya, kita baru semua gitu. Ada yang udah pengalaman di TV itu tidak banyak, banyakan yang baru. Saya pun pengalaman di TV, udah pengalaman di TV saya sebelumnya sudah di Indosiar gitu, tapi bukan di newsnya, di produksinya ya.
Cerita di balik penugasan liputan tsunami Aceh
Metro TV menjadi media massa pertama yang menyiarkan secara langsung (on air) peristiwa tsunami Aceh pada 2004. Kejadian 26 Desember 2004 itu masih teringat jelas di benak Munfadli.
Munfadli bersama reporter Desi Fitriani mendapat penugasan untuk meliput bencana tsunami di Aceh dan berangkat dengan rombongan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Pagi itu, Minggu, 26 Desember 2004, Munfadli bersama Desi Fitriani mendapat penugasan meliput kegiatan halalbihalal warga komunitas Aceh di Istora Senayan, Jakarta. Jusuf Kalla (JK) selaku Wakil Presiden dijadwalkan hadir.
Acara yang harusnya mulai jam 09.00 WIB, tak kunjung mulai hingga jelang siang. Munfadli mendengar cerita kasak-kusuk kalau di Aceh terjadi gempa besar. Singkat cerita, ketika JK tiba, kepastian informasi gempa besar di Aceh terkonfirmasi.
Namun, jaringan telekomunikasi langsung terputus. Informasi tak bisa didapat lagi.
Singkat cerita, JK menginstruksikan langsung berangkat ke Aceh menggunakan pesawat pribadinya yang sebelumnya dipakai untuk kampanye. Metro TV ambil bagian dalam rombongan yang terbang dari Bandara Halim Perdanakusumah. Munfadli dan Desi Fitriani sebagai tim reporter dan kameraman yang diutus.
"Kita berangkat jam 12 siang. Saya minta alat-alat tambahan lagi karena kan kita akan liputan ke luar kota," ujar Munfadli.
Rombongan mendarat sekitar jam 17.00 WIB. Sebelum mendarat, Munfadli melihat langsung kondisi Aceh porak poranda akibat tsunami. Rombongan wartawan yang mendarat dijemput truk tentara.
"Kondisinya kayak kiamat," jawab tentara saat ditanya soal kondisi di Aceh.
Munfadli dan tim Metro TV bersama Presiden ke-6 Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. Istimewa.
Liputan sambil mencari keluarga
Munfadli merupakan warga asli Aceh. Melihat kondisi yang porak poranda dan mayat berserakan. Munfadli juga mengaku panik karena belum pernah melihat mayat berserakan. Munfadli coba tetap tenang dan mulai mengambil gambar kondisi sekitar.
"Saya berpikir cabang-cabang, pikirannya macam-macm. Berpikir keluarga juga. Keluarga bagaimana? Saya liputan sambil mencari keluarga juga," ujar Munfadli.
Kondisi lokasi bencana amat miris. Rumah sakit juga terkena dampak. Banyak orang yang mengalami luka-luka hanya mendapatkan perawata seadanya. Fasilitas kesehatan rusak parah.
Munfadli dan tim berkeliling tempat pengungsian hingga penampungan mayat. Sambil mengabadikan gambar, Munfadli juga terus berupaya mencari anggota keluarganya. "Semalam itu enggak tidur, 24 jam."
Sehari usai kejadian, seluruh materi liputan sudah dikumpulkan dan siap dikirim agar bisa tayang. Namun, kondisi pengiriman materi liputan di lokasi bencana tak memungkikan. Jaringan telekomunikasi terputus total.
Pagi-pagi buta, Reporter Metro TV Desi Fitriani pergi ke bandara dan ikut menumpang pesawat untuk pergi ke Medan. Desi mengirim seluruh materi liputan dari Medan.
"Nah itulah gambar kita pertama, Metro TV pertama yang tayang. Geger itu. Baru tahu orang seperti itu ternyata, kejadiannya separah itu," ungkap Munfadli.
Munfadli mengaku akhirnya bisa menemukan keluarganya di hari ketiga. Ia bertemu saudara kandungnya di sebuah pasar saat hendak mencari air.
"Kehabisan air juga sama-sama. Wah ketemu itu kan terharu banget. Kita sudah cari berhari-hari enggak ketemu, pas ketemu hidup. Itu sesuatu yang keajaiban menurut saya," ungkap Munfadli.
Tayangan dampak tsunami Aceh yang disiarkan Metro TV menggugah solidaritas nasional maupun internasional. Semua mata dunia tertuju ke Aceh. Tak lama, bantuan terus mengalir bagi para korban.
Harapan di ulang tahun ke-25 Metro TV
Bagi Munfadli, jurnalis merupakan profesi mulia. Jurnalis bisa meliput sebuah peristiwa dan mengabarkannya kepada masyarakat sekaligus memberi dampak. Liputan tsunami Aceh jadi contohnya.
Liputan yang dihasilkan para jurnalis menggugah mata dunia terhadap wilayah Aceh yang dilanda gempa dan tsunami. Sehingga, bantuan segera mengalir.
"Kita harus totalitas dalam bekerja. Loyalitas terhadap profesi kita dan tempat kita bekerja. Ikhlas dalam bekerja. Jujur," pesan Kepala Desk Koordinator Kameraman Metro TV itu.
Munfadli berharap Metro TV terus eksis. Ia mengaku optimistis Metro TV terus berkembang untuk generai berikutnya. Metro TV sudah melewati beragam gelombang dan masih berdiri kokoh hingga saat ini.
"Saya optimistis Metro TV ini akan terus eksis untuk generasi-generasi berikutnya. Yang senior akan mendidik yang junior lagi supaya mereka harus tangguh. Harus tetap
update teknologi,
update skill, untuk bisa menjawab tantangan zaman," pungkas Munfadli.
Jurnalis senior Metro TV Munfadli. Dok Istimewa.