Ilustrasi penyerangan kerajaan Mataram ke Batavia pada 1628. Dokumentasi/ Batavia
Jakarta: Tanggal 27 Agustus 1628 menjadi salah satu hari bersejarah lantaran rentetan Pasukan Sultan Agung dari Kesultanan Mataram yang melakukan penyerangan ke Batavia (sekarang Jakarta) sebagai pusat VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie).
Menurut informasi yang dikutip dari Wikipedia, penyerangan dilakukan Pasukan Sultan Agung untuk mengusir VOC dari Pulau Jawa dan menjadikan Batavia sebagai pangkalan militer sebelum melakukan penyerangan ke Banten.
Serangan berawal pada 22 Agustus 1628 di teluk Jakarta, dengan ditandai berangkatnya 59 perahu yang membawa 900 prajurit di bawah pimpinan Tumenggung Bahureksa dari Kendal dan pada 3 Desember 1628 dengan tentara Mataram sampai ke Batavia.
Serangan Pertama
Sebelum melakukan penyerangan, pasukan Mataram membuat kamuflase dengan armada Bahureksa yang membawa 150 ekor sapi, 5.900 karung gula, 26.600 buah kelapa dan 12.000 karung beras. Pihak Mataram menyampaikan hal ini sebagai alasan keinginan berdagang dengan Batavia, namun pihak Belanda curiga.
Pada hari berikutnya, VOC melunak dan menyetujui sapi diturunkan dengan syarat kapal Mataram hanya menepi satu demi satu. Penurunan sapi ini dikawal 100 prajurit bersenjata dari garnisun Kasteel (benteng).
Kemudian pada hari ketiga, tujuh lagi kapal Mataram muncul dengan alasan ingin minta surat jalan dari pihak Belanda agar dapat berlayar ke Melaka, saat itu di bawah kekuasaan VOC. Belanda memperkuat penjagaan di dua benteng kecil utara dan menyiapkan artilerinya.
Pada sore hari itu, duapuluhan kapal Mataram menurunkan pasukannya di depan Kasteel. Belanda terkejut dan buru-buru masuk benteng kecil. Sejumlah kapal Mataram lain kemudian mendaratkan prajuritnya. Pasukan Mataram kemudian dihujani tembakan dari Kasteel.
Kemudian pada 25 Agustus, ada 27 kapal Mataram lagi masuk teluk tetapi berlabuh agak jauh dari Kasteel. Di sebelah selatan Batavia, serdadu Mataram mulai tiba dengan panji perang berkibar.
Kejutan kembali datang pada esok harinya. Terhitung 1.000 prajurit Mataram memasang kuda-kuda di depan Batavia. Kemudian pada 27 Agustus, mereka menyerang benteng kecil 'Hollandia' di sebelah tenggara kota. Namun sekompi berkekuatan 120 prajurit di bawah pimpinan Letnan Jacob van der Plaetten berhasil menghalangi setelah sebelumnya terlibat pertempuran dahsyat.
Sementara beberapa kapal Belanda datang dari Banten dan Pulau Onrust dan mendaratkan 200 prajurit. Kini Kasteel dipertahankan oleh 530 prajurit.
Pasukan kedua tiba bulan Oktober dipimpin Pangeran Mandurareja (cucu Ki Juru Martani). Total semuanya adalah 10.000 prajurit. Perang besar terjadi di Benteng Holandia. Pasukan Mataram mengalami kehancuran karena kurang perbekalan.
Serangan kedua
Tak patah arang, Sultan Agung kembali menyerang Batavia untuk kedua kalinya pada tahun berikutnya. Pasukan pertama dipimpin Adipati Ukur berangkat pada bulan Mei 1629, sedangkan pasukan kedua dipimpin Adipati Juminah berangkat bulan Juni dengan total semua 14.000 orang prajurit.
Kegagalan serangan pertama diantisipasi dengan cara mendirikan lumbung-lumbung beras tersembunyi di Karawang dan Cirebon. Namun pihak VOC yang menggunakan mata-mata berhasil menemukan dan memusnahkan semuanya. Hal ini menyebabkan pasukan Mataram kurang perbekalan, ditambah wabah penyakit malaria dan kolera yang melanda, sehingga kekuatan pasukan Mataram tersebut sangat lemah ketika mencapai Batavia.
Walaupun kembali mengalami kekalahan, serangan kedua Sultan Agung ini berhasil membendung dan mengotori Sungai Ciliwung, yang mengakibatkan timbulnya wabah penyakit kolera melanda Batavia. Gubernur jenderal VOC yaitu J.P. Coen meninggal usai menjadi korban wabah tersebut.