PBB Peringatkan Wabah dan Kelaparan Parah di Sejumlah Wilayah Sudan

PBB memperingatkan bahwa bencana kelaparan dapat terjadi di sejumlah wilayah Sudan. (Anadolu Agency)

PBB Peringatkan Wabah dan Kelaparan Parah di Sejumlah Wilayah Sudan

Willy Haryono • 8 July 2025 15:12

New York: Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan di Sudan semakin memburuk dengan meningkatnya jumlah pengungsi, meluasnya kelaparan, serta wabah penyakit yang tak terkendali di berbagai wilayah, terutama di kota El Fasher, Darfur Utara.

Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stephane Dujarric, menyatakan pada konferensi pers di New York bahwa situasi di El Fasher sangat mengkhawatirkan. 

“Masyarakat menghadapi kekurangan ekstrem makanan dan air bersih, sementara pasar terus terganggu oleh konflik yang berlarut-larut,” katanya, seperti dikutip UN News, Selasa, 8 Juli 2025.

Sekitar 40 persen anak-anak di bawah usia lima tahun di kota tersebut mengalami malnutrisi akut, termasuk 11 persen yang masuk kategori berat. Sebagian besar infrastruktur air telah rusak atau tidak lagi berfungsi karena kurangnya perawatan dan bahan bakar, tambah Dujarric.

Sejak pecahnya konflik antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF) pada April 2023, sekitar 780.000 orang telah mengungsi dari El Fasher dan kamp pengungsi Zamzam, termasuk hampir 500.000 hanya dalam dua bulan terakhir.

Kondisi kelaparan ekstrem atau famine telah dinyatakan resmi di wilayah ini sejak Agustus tahun lalu. Sekitar 75 persen dari penghuni kamp Zamzam kini telah berpindah ke wilayah Tawila, di mana badan-badan kemanusiaan berusaha memperluas bantuan darurat secara signifikan.

Dujarric menambahkan bahwa runtuhnya layanan air dan sanitasi, diperparah rendahnya cakupan imunisasi, telah memperbesar risiko wabah penyakit menular seperti kolera. Hingga pertengahan tahun ini, lebih dari 32.000 kasus kolera yang dicurigai telah dilaporkan di Sudan.

Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), pekan lalu saja, Darfur Selatan melaporkan lebih dari 300 kasus kolera dan lebih dari dua lusin kematian. “Konflik yang terus berlangsung dan runtuhnya infrastruktur menghambat respons medis,” ujarnya.

Krisis Kompleks dan Multidimensi

Perang yang pecah antara dua faksi militer utama telah menewaskan puluhan ribu warga sipil dan menyebabkan lebih dari 12 juta orang kehilangan tempat tinggal. Dari jumlah tersebut, sekitar empat juta orang telah melarikan diri ke negara-negara tetangga sebagai pengungsi lintas batas.

Krisis ini terjadi di tengah kerentanan tinggi akibat perubahan iklim dan bencana alam yang berulang dari kekeringan parah hingga banjir mematikan yang semuanya menekan ketahanan masyarakat Sudan hingga titik nadir. Beberapa wilayah kini berada dalam status rawan kelaparan akut yang mengancam jutaan jiwa.

Rencana respons kemanusiaan PBB untuk Sudan tahun 2025 membutuhkan dana sebesar USD4,2 miliar guna membantu sekitar 21 juta orang yang paling rentan. Namun hingga kini, baru 21 persen dari kebutuhan tersebut yang terpenuhi, atau sekitar USD896 juta.

Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan, Tom Fletcher, mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap kondisi di El Fasher.

“Warga sipil di sana terputus dari bantuan dan berada di ambang kelaparan,” tulisnya dalam pernyataan di media sosial.

Ia menyerukan dilakukannya jeda kemanusiaan segera untuk memungkinkan akses bantuan. “Setiap hari tanpa akses berarti nyawa yang hilang,” pungkas Fletcher. (Muhammad Reyhansyah)

Baca juga:  Sekjen PBB ‘Terkejut’ dengan Eskalasi Kekerasan dan Pengungsian Massal di Darfur

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)