Rusia dan Ukraina kerap saling menggunakan drone sejak meletusnya perang pada Februari 2022. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 15 September 2025 07:53
Kyiv: Pesawat nirawak (drone) Ukraina menghantam salah satu kilang minyak terbesar Rusia pada Minggu dini hari, menyebabkan ledakan dan kebakaran, menurut keterangan militer Ukraina dan pejabat Rusia.
Serangan itu menargetkan kilang Kirishi di wilayah barat laut Leningrad, dan menjadi bagian dari rangkaian serangan Ukraina terhadap infrastruktur minyak Rusia yang disebut Kyiv sebagai sumber pendanaan invasi skala penuh Kremlin ke Ukraina.
Fasilitas tersebut dioperasikan perusahaan minyak Rusia Surgutneftegas, dengan kapasitas produksi hampir 18 juta ton minyak mentah per tahun, menjadikannya salah satu dari tiga kilang terbesar Rusia.
Mengutip dari Euronews, Senin, 15 September 2025, Staf Umum Ukraina mengatakan bahwa ledakan dan kebakaran dilaporkan terjadi di kilang Kirishi. Kyiv juga mempublikasikan foto-foto yang menunjukkan kobaran api dan asap tebal di langit malam.
Otoritas Rusia mengaku berhasil mencegat lebih dari 80 drone Ukraina di berbagai wilayah pada Minggu dini hari. Gubernur Leningrad Alexander Drozdenko mengatakan tiga drone berhasil ditembak jatuh di atas area Kirishi, dan kebakaran dipicu oleh jatuhnya puing.
Ia menambahkan tidak ada warga sipil yang menjadi korban dan api sudah berhasil dipadamkan. Namun, pihak Rusia tidak memberikan keterangan soal tingkat kerusakan fasilitas tersebut.
Serangan ini terjadi sehari setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperingatkan konsekuensi serius bagi negara-negara yang masih membeli minyak Rusia. Sabtu lalu, Trump mengancam akan mengenakan tarif antara 50 hingga 100 persen terhadap sekutu NATO yang tidak menghentikan pembelian tersebut.
Trump menegaskan pentingnya menutup salah satu sumber utama pendanaan perang Rusia di Ukraina untuk memaksa Kremlin duduk di meja perundingan. Bulan lalu, Trump sudah bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk membahas upaya memenuhi janji kampanyenya mengakhiri perang, meski ia mengaku frustrasi dengan lambatnya kemajuan.
Rusia tetap menjadi eksportir minyak terbesar kedua di dunia, namun meningkatnya permintaan musiman ditambah serangan drone Ukraina yang berkelanjutan telah memicu kelangkaan bensin dalam beberapa pekan terakhir.
Sejumlah SPBU di berbagai wilayah kehabisan stok, antrean panjang kendaraan terjadi, dan pejabat setempat memberlakukan pembatasan hingga penghentian penjualan.
Untuk mengatasi krisis ini, Rusia menghentikan ekspor bensin, dengan larangan penuh diberlakukan hingga 30 September dan larangan sebagian untuk pedagang serta perantara hingga 31 Oktober.
Baca juga: Trump Desak NATO Berhenti Beli Minyak Rusia dan Beri Tarif Pada Tiongkok