Dua Kubu Demonstran Gelar Aksi di Washington saat Netanyahu Temui Trump

Aksi unjuk rasa menentang perang Gaza berlangsung di Washington, AS, Juli 2024. (EPA)

Dua Kubu Demonstran Gelar Aksi di Washington saat Netanyahu Temui Trump

Willy Haryono • 5 February 2025 14:26

Washington: Gelombang demonstrasi mewarnai ibu kota Amerika Serikat (AS) pada Selasa, 4 Februari 2025, di saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu Presiden Donald Trump di Gedung Putih. Aksi protes ini dihadiri dua kelompok dengan pandangan berseberangan: satu mendukung kunjungan Netanyahu, sementara yang lain menentangnya.

Dua aksi unjuk rasa berlangsung di Washington, D.C. pada Selasa sore, bertepatan dengan pertemuan antara Netanyahu dan Trump. Kelompok pro-Israel yang terdiri dari Organisasi Zionis Amerika (ZOA), Betar, dan organisasi Yahudi lainnya berkumpul di depan Gedung Putih.

Para demonstran meneriakkan slogan “Bawa mereka semua pulang sekarang” di persimpangan 17th Street dan Pennsylvania Avenue, merujuk pada sandera Israel yang masih ditahan kelompok pejuang Palestina Hamas di Gaza.

Para pemimpin ZOA menyatakan dukungan mereka terhadap perintah eksekutif terbaru Trump, "Langkah Tambahan untuk Memerangi Antisemitisme," yang bertujuan untuk menangani kekerasan antisemit, terutama di lingkungan kampus.

Dalam sebuah pernyataan, Presiden Nasional ZOA, Morton A. Klein, dan Direktur Riset Liz Berney, menyebut kebijakan Trump tersebut sebagai langkah yang sangat dibutuhkan untuk meminta pertanggungjawaban lembaga federal dalam memerangi antisemitisme.

Sementara itu, aksi protes tandingan digelar oleh koalisi organisasi pro-Palestina, termasuk Americans for Justice in Palestine Action (AJP Action), American Muslims for Palestine (AMP), CODEPINK, Council on American-Islamic Relations (CAIR), dan U.S. Council of Muslim Organizations (USCMO). Demonstrasi ini berlangsung di Lafayette Park, di persimpangan H Street dan 16th Street.

Direktur Eksekutif AJP Action, Dr. Osama Abuirshaid, menyampaikan kritik terhadap kebijakan Trump dan kunjungan Netanyahu. 

“Saatnya presiden ini menepati janjinya untuk mengembalikan kehormatan Amerika. Mengembalikan kehormatan itu berarti tidak mengulang kebijakan gagal pemerintahan sebelumnya yang membuat Amerika dipermalukan di mata dunia,” ujarnya, seperti dilansir dari NBC Montana, Rabu 5 Februari 2025.

Dalam pernyataan pers, kelompok tersebut mengecam kedatangan Netanyahu ke Washington, dengan menuding AS memberikan legitimasi kepada seorang pemimpin yang tengah menghadapi surat perintah penangkapan internasional atas dugaan kejahatan perang.

"Orang yang datang ke Gedung Putih hari ini berpikir bahwa ia bisa memanipulasi Presiden Trump seperti yang ia lakukan terhadap Presiden Joe Biden sebelumnya. Presiden Trump seharusnya mengambil sikap tegas dalam hal ini," tambah Dr. Abuirshaid.

Netanyahu Hadapi Tekanan di Dalam Negeri

Kunjungan Netanyahu ke Washington terjadi di tengah tekanan politik yang meningkat di Israel. Di satu sisi, ia didesak oleh sekutu sayap kanan untuk mengakhiri gencatan senjata sementara dengan Hamas. Di sisi lain, ia mendapat tekanan dari masyarakat Israel yang menuntut kepulangan para sandera.

Ini adalah perjalanan pertama Netanyahu ke luar negeri sejak Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadapnya pada November 2024. ICC menuduh Netanyahu melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan selama perang di Gaza. Namun, Amerika Serikat tidak mengakui yurisdiksi ICC terhadap warganya atau wilayahnya.

Sejak 7 Oktober 2023, serangan yang memicu perang telah menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil. Sementara itu, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 47.000 warga Palestina tewas akibat serangan udara dan operasi darat Israel yang dilakukan sebagai respons. (Muhammad Reyhansyah)

Baca juga:  Temui Netanyahu, Trump Menegaskan AS akan Ambil Alih Jalur Gaza

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)