Dolar AS Masih Perkasa

Ilustrasi dolar AS. Foto: Unsplash.

Dolar AS Masih Perkasa

Husen Miftahudin • 18 January 2025 10:00

New York: Dolar Amerika Serikat (AS)mempertahankan kenaikannya pada perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu WIB), tetapi mengakhiri minggu dengan penurunan setelah enam minggu kenaikan beruntun.

Penurunan mingguan ini terjadi karena investor menunggu pelantikan presiden AS Donald Trump dan kejelasan tentang arah kebijakan pemerintahan yang akan datang.

Mengutip data Yahoo Finance, Sabtu, 18 Januari 2025, indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam unit lainnya, naik 0,34 persen menjadi 109,33, menjauh dari level tertinggi lebih dari dua tahun yang dicapai pada awal minggu.

Meskipun demikian, indeks tersebut ditetapkan untuk penurunan sekitar 0,25 persen dalam seminggu pada sesi sore, yang akan menghentikan kenaikan enam minggu.
 

Baca juga: Jumat Sore, Rupiah Akhirnya Takluk di Hadapan Dolar
 

Menanti kebijakan Trump


Dolar telah melonjak dalam beberapa minggu terakhir karena meningkatnya imbal hasil Treasury, yang mencerminkan ekspektasi kebijakan Presiden terpilih Trump dapat meningkatkan inflasi saat ekonomi AS sudah kuat.

Namun, pasar obligasi mendapat kelegaan dari aksi jual yang tak henti-hentinya setelah data inflasi inti AS yang lebih lemah pada Rabu. Ditambah pernyataan dari Gubernur Federal Reserve Christopher Waller pada Kamis, yang mengatakan tiga atau empat pemotongan suku bunga masih mungkin dilakukan tahun ini jika data mendukung hal itu.

Hal ini menyebabkan pasar meningkatkan taruhan mereka pada pemotongan suku bunga Fed tahun ini, yang memberikan sedikit tekanan pada dolar menjelang kembalinya Trump ke Gedung Putih minggu depan.

Sumber-sumber juga mengatakan, bank sentral kemungkinan akan menaikkan suku bunga minggu depan kecuali ada guncangan pasar saat Trump menjabat. Pasar uang saat ini memperkirakan sekitar 40 basis poin dalam pemangkasan suku bunga AS pada 2025.


(Ilustrasi dolar AS. Foto: Freepik)

Investor sekarang menunggu pidato pelantikan Trump pada Senin untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang langkah-langkah kebijakannya dan mengharapkan volatilitas.

Adapun, poundsterling mengalami penurunan 0,6 persen menjadi USD1,2166, tidak jauh dari level terendah dalam 14 bulan yang dicapai pada Senin.

Sementara, euro turun 0,26 persen menjadi USD1,0276. Adapun, yuan Tiongkok terakhir diperdagangkan pada 7,3249 per dolar setelah data menunjukkan ekonomi terbesar kedua di dunia itu tumbuh 5,4 persen pada kuartal keempat, secara signifikan mengalahkan ekspektasi analis. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)